Alasan Kucing Suka Mengeong ke Manusia
- Piqsels
VIVA Tekno – Kucing dikenal sebagai hewan peliharaan yang kerap kali mengeong kepada manusia, dan perilaku ini memiliki sejarah panjang yang berkaitan dengan evolusi mereka.
Ribuan tahun yang lalu, kucing adalah makhluk soliter yang berkomunikasi terbatas dengan sesama mereka, terutama antara ibu dan anak.
Namun, ketika mereka mulai hidup berdampingan dengan manusia sekitar 10 ribu tahun lalu, cara mereka berkomunikasi berubah secara signifikan.
Kucing mengeong kepada manusia seolah-olah melihat kita sebagai pengasuh mereka, mirip dengan induk kucing yang merawat anaknya.
Evolusi ini dipengaruhi oleh adaptasi vokalisasi mereka untuk menarik perhatian dan kasih sayang dari manusia.
Berbeda dengan anjing yang dibiakkan oleh manusia untuk sifat-sifat tertentu, kucing pada dasarnya menjinakkan diri mereka sendiri.
Kucing yang bisa mentolerir dan berkomunikasi dengan manusia memiliki keuntungan bertahan hidup, menghasilkan populasi yang cocok untuk hidup berdampingan dengan manusia.
Adaptasi Vokal Kucing
Seperti hewan rubah yang dibesarkan dalam eksperimen di Uni Soviet (sekarang Rusia) pada 1950-an, yang menjadi lebih jinak dan ramah terhadap manusia, kucing juga telah mengadaptasi vokalisasi atau cara mereka mengeong.
Manusia sangat peka terhadap panggilan kesusahan karena bayi manusia sepenuhnya bergantung pada orang tua mereka saat lahir. Kepekaan ini juga mempengaruhi bagaimana kita merespons vokalisasi kucing.
Dilansir dari Live Science, penelitian yang dilakukan pada 2009 oleh Karen McComb dan timnya menunjukkan bahwa kucing telah mengubah vokalisasi mereka untuk memanfaatkan kepekaan manusia terhadap suara kesusahan.
Dalam studi ini, partisipan mendengarkan dua jenis dengkuran kucing: satu jenis direkam saat kucing meminta makanan dan satu lagi saat mereka tidak meminta.
Hasilnya, dengkuran yang terkait dengan permohonan makanan dinilai lebih mendesak dan kurang menyenangkan.
Analisis akustik mengungkapkan bahwa dengkuran permohonan ini memiliki komponen nada tinggi yang menyerupai tangisan. Tangisan tersembunyi ini membuatnya hampir mustahil untuk diabaikan oleh manusia.
Ketika kita berbicara dengan bayi, kita sering menggunakan "bahasa bayi" dengan nada tinggi dan bahasa yang disederhanakan.
Bentuk bicara ini membantu melibatkan bayi dalam percakapan dan membantu perkembangan bahasa mereka.
Kita juga menggunakan gaya komunikasi ini ketika berbicara dengan hewan peliharaan, yang dikenal sebagai pidato yang diarahkan kepada hewan peliharaan.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa kucing merespons bentuk komunikasi ini. Sebuah studi pada 2022 oleh Charlotte de Mouzon dan rekan-rekannya menemukan bahwa kucing dapat membedakan antara omongan yang ditujukan kepada mereka dan omongan yang ditujukan kepada manusia dewasa, terutama ketika omongan itu berasal dari pemiliknya.
Seiring waktu, kucing telah berevolusi untuk menggunakan sinyal vokal yang sesuai dengan naluri pengasuhan kita. Komunikasi dua arah ini menyoroti hubungan unik yang telah kita kembangkan dengan kucing.
Kucing mungkin telah beradaptasi untuk meminta perhatian dan perawatan dari manusia, dan banyak pemilik kucing tidak akan menginginkannya dengan cara lain.
Interaksi yang terjalin antara manusia dan kucing ini menunjukkan betapa unik dan istimewanya hubungan kita dengan teman berbulu ini.