Hati-hati Kalau Gaya Bicara Manusia Berubah
- Pixabay.com
VIVA Tekno – Penyakit Alzheimer masih menjadi misteri besar bagi para ilmuwan, namun kita semakin baik dalam mendeteksi tanda-tanda awalnya.
Salah satu tanda yang menarik perhatian para peneliti adalah perubahan pada pola bicara seseorang. Tim ilmuwan dari Boston University telah mengembangkan algoritma kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) baru yang bisa menganalisis pola bicara orang dengan gangguan kognitif ringan (MCI).
Mereka menemukan bahwa algoritma ini mampu memprediksi perkembangan dari MCI ke Alzheimer dalam waktu enam tahun dengan akurasi sebesar 78,5 persen.
Penelitian ini melanjutkan studi sebelumnya yang melibatkan pelatihan model menggunakan rekaman suara dari lebih dari 1.000 individu untuk mendeteksi gangguan kognitif dengan akurat.
Algoritma baru ini dilatih menggunakan rekaman audio yang telah ditranskripsi dari 166 individu dengan MCI, berusia 63-97 tahun.
Karena tim sudah mengetahui siapa yang mengembangkan Alzheimer, mereka bisa menggunakan pendekatan pembelajaran mesin untuk menemukan tanda-tanda dalam transkrip pidato yang terkait dengan 90 orang yang fungsi kognitifnya akan menurun menjadi Alzheimer.
Setelah dilatih, algoritma ini dapat memprediksi risiko Alzheimer dari transkrip pidato yang belum pernah diproses sebelumnya.
Faktor penting lainnya, termasuk usia dan jenis kelamin, juga ditambahkan untuk menghasilkan skor prediktif akhir.
"Skor ini dapat diartikan sebagai probabilitas bahwa seseorang akan tetap stabil atau beralih ke demensia," kata ilmuwan komputer Ioannis Paschalidis dari Boston University yang dikutip dari Science Alert Kamis, 4 Juli 2024.
Mendeteksi Alzheimer lebih awal meskipun belum ada obatnya memiliki manfaat besar. Kita memiliki perawatan yang dapat membantu mengelola Alzheimer dan memperlambat perkembangannya.
Deteksi dini memberi kesempatan untuk memulai perawatan lebih awal, yang bisa meningkatkan kualitas hidup penderita.
Selain itu, deteksi dini memungkinkan kita untuk mempelajari penyakit ini lebih lanjut dan mengembangkan pengobatan yang lebih efektif.
Mereka yang diketahui memiliki risiko tinggi mengembangkan Alzheimer dapat berpartisipasi dalam uji klinis untuk menemukan solusi baru.
Pendekatan ini sangat menarik karena bisa dilakukan dengan cepat dan murah, bahkan di rumah tanpa peralatan khusus.
Tes ini hanya memerlukan rekaman suara, yang nantinya bisa dijalankan melalui aplikasi ponsel pintar di masa depan.
"Jika kita dapat memprediksi apa yang akan terjadi, kita memiliki lebih banyak kesempatan untuk campur tangan dengan obat-obatan dan setidaknya mencoba menjaga stabilitas kondisi," tutur Paschalidis.
Penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan pada gaya bicara bisa menjadi tanda awal Alzheimer. Dengan rekaman yang lebih baik, akurasi algoritma ini bisa semakin meningkat, membantu kita memahami lebih dalam tentang bagaimana Alzheimer berkembang dan bagaimana kita bisa mencegahnya lebih efektif. Penelitian ini dipublikasikan di Jurnal Alzheimer’s & Dementia.