Akan Ada Bintang Baru di Orbit Bumi
- Space.com/Eliad Peretz
VIVA Tekno – Pada 2029, NASA berencana untuk meluncurkan satelit kecil yang akan terlihat seperti "bintang buatan" di langit malam.
Satelit yang dinamakan Landolt ini akan ditempatkan di orbit sekitar 35.400 kilometer di atas permukaan Bumi.
Kendati tidak akan terlihat dengan mata telanjang, namun dengan teleskop pribadi Anda mungkin bisa melihat satelit seukuran kotak sepatu ini mengorbit secara stasioner di atas Amerika Serikat (AS).
Tujuan utama dari misi ini adalah membantu kalibrasi teleskop di Bumi dan menciptakan katalog baru yang lebih akurat tentang kecerahan bintang-bintang asli.
Landolt akan memancarkan delapan laser ke teleskop di darat. Teleskop tersebut akan mengamati "bintang buatan" ini bersama dengan target sains mereka.
Dengan mengukur berapa banyak cahaya laser yang diserap oleh atmosfer Bumi, para ilmuwan dapat membandingkannya dengan sekitar 60 bintang asli.
Hal ini memungkinkan mereka untuk mengkatalogkan kecerahan bintang dengan lebih akurat dibandingkan metode konvensional.
Jamie Tayar, seorang asisten profesor astronomi di Universitas Florida, menyatakan bahwa menggunakan laser di luar angkasa adalah salah satu aspek menarik dari misi ini.
Namun, ia menekankan bahwa tujuan ilmiah dari misi ini sangat fundamental.
"Laser di luar angkasa adalah poin penjualan yang cukup keren, seperti halnya bekerja pada misi ini," kata anggota tim misi Jamie Tayar yang dikutip dari Space.com pada Rabu, 26 Juni 2024.
"Tapi secara ilmiah, apa yang kita coba lakukan di sini benar-benar mendasar,” tambahnya.
Mengapa ini penting? Katalog kecerahan bintang yang lebih akurat akan meningkatkan pengukuran berbagai properti bintang seperti kecerahan, ukuran, dan usia mereka.
Akurasi ini juga membantu menyempurnakan pengukuran lain yang bergantung pada kecerahan dan jarak bintang.
Misalnya, dengan memahami dinamika bintang, kita bisa mengukur usia alam semesta dan seberapa cepat alam semesta berkembang seiring waktu.
Informasi ini juga dapat membantu pencarian eksoplanet yang berpotensi mendukung kehidupan.
"Ada begitu banyak pertanyaan besar dalam astronomi: Bagaimana kita sampai di sini? Apakah ada planet lain seperti kita? Apakah ada alien?" kata Tayar. "Tapi itu adalah pertanyaan yang sangat sulit, dan untuk menjawabnya, pengukurannya harus benar-benar bagus, dan harus benar."
Secara tradisional, astronom mengandalkan bintang yang dikenal sebagai "lilin standar" untuk mengukur jarak di alam semesta. Bintang-bintang ini memiliki kecerahan dan jarak yang sudah diketahui dengan baik.
Namun, pengukuran ini dibuat pada 1990-an dan sekarang menjadi sumber utama kesalahan dalam pengukuran kecerahan bintang.
Landolt diharapkan dapat memperbaiki kesalahan ini dengan memberikan data yang lebih akurat.
Peter Plavchan dari Universitas George Mason, yang memimpin misi ini, menjelaskan bahwa saat ini tidak ada yang dapat memberi tahu dengan akurasi tinggi berapa banyak foton atau tingkat kecerahan yang berasal dari sebuah bintang saat dilihat melalui teleskop.
"Saat kita melihat bintang dengan teleskop, tidak ada yang bisa memberi tahu Anda hari ini tingkat foton atau kecerahan yang datang darinya dengan tingkat akurasi yang diinginkan," kata Peter Plavchan.
"Kami sekarang akan tahu persis berapa banyak foton per detik yang keluar dari sumber ini dengan akurasi 0,25 persen,” tambahnya.
Data dari misi Landolt, yang bernilai $19,5 juta diharapkan dapat mengurangi ketidakpastian dalam pengukuran kecerahan bintang dari 10 persen menjadi satu persen.
Hal ini sangat penting karena informasi ini mempengaruhi pengukuran eksoplanet dan parameter yang digunakan untuk menentukan struktur alam semesta.
Misi ini dinamai Landolt untuk menghormati mendiang astronom Amerika Arlo Landolt, yang terkenal dengan daftar bintang standar fotometriknya.
Kontrol misi akan berbasis di Universitas George Mason di Virginia, dengan kolaborasi dari ilmuwan di 12 institusi. Satelit ini akan dibangun oleh Institut Standar dan Teknologi Nasional Departemen Perdagangan AS yang berbasis di Maryland.