Kartu Akses Rentan Dikloning, Begini Cara Mengantisipasinya

Ilustrasi penipuan.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA Tekno – Keamanan akses fisik gedung merupakan aspek utama yang memerlukan pendekatan berlapis demi terciptanya perlindungan maksimal bagi semua orang yang bekerja di dalamnya.

Terdapat berbagai metode yang dapat diterapkan, mulai dari pengawasan oleh petugas keamanan, pemasangan kamera CCTV, hingga teknologi canggih seperti sistem kontrol akses berbasis biometrik dan kartu akses.

Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga seringkali diperlukan kombinasi beberapa teknologi untuk mencapai tingkat keamanan yang diinginkan.

Di antara berbagai teknologi yang ada, pemanfaatan radio frequency identification (RFID) pada kartu akses paling sering dipilih, namun, pada faktanya teknologi ini tidak luput dari risiko keamanan.

Berdasarkan temuan terbaru dari Spentera, perusahaan keamanan siber, 6 dari 7 gedung di Jakarta yang dilengkapi dengan sistem ini memiliki potensi untuk diduplikasi atau dikloning.

Berkat kepraktisan dan efisiensi dalam mengelola aksesnya, RFID kerap digunakan di gedung maupun fasilitas yang mengedepankan privasi dan keamanan, termasuk perkantoran, pusat data, ruang server, area parkir, hingga kamar hotel.

Namun, dalam beberapa kasus, jika kartu akses berbasis RFID berhasil direplikasi. Pihak yang tidak bertanggung jawab dapat memanfaatkannya untuk mencuri barang atau data, menginstal perangkat lunak maupun perangkat keras yang berbahaya, serta potensi ancaman terhadap keamanan individu atau korban.

Selangkah Lebih Maju dari Penjahat Siber

Serangan siber.

Photo :
  • www.pixabay.com/bykst

Keamanan Siber Sudah Jadi Realita

Serangan siber.

Photo :
Direktur Penelitian dan Pengembangan Spentera Hanny Haliwela menekankan bahwa menjaga keamanan gedung dari ancaman
OJK Luncurkan Panduan Resiliensi Digital untuk Bank Umum Hadapi Serangan Siber
kloning
kartu akses menjadi tanggung jawab bersama yang perlu diperhatikan.

"Tidak hanya manajemen gedung, menjaga keamanan dari ancaman duplikasi atau kloning kartu akses juga menjadi tanggung jawab bersama perusahaan yang menjadi penyewa, maupun karyawan itu sendiri," kata dia, melalui konferensi pers virtual, Selasa, 4 Juni 2024.

Untuk itu, lanjut Hanny, Spentera menawarkan sistem keamanan menyeluruh dengan memanfaatkan berbagai metode, termasuk pengujian akses fisik menggunakan RFID, melalui pendekatan Red Teaming.

Tidak hanya sekadar pengujian serangan fisik, Red Teaming merupakan suatu metode komprehensif yang mencakup berbagai aspek keamanan yang diperlukan perusahaan. Mulai dari pengujian serangan fisik hingga serangan siber.

"Dengan pakai sistem keamanan milik kami (Red Teaming) maka perusahaan dapat memastikan bahwa sistem mereka terlindungi dengan optimal dari berbagai ancaman, baik yang bersifat fisik maupun siber, seperti upaya phising maupun social engineering," tuturnya.

Ilustrasi perempuan menggunakan ponsel.

Perempuan Bergerak Lindungi Ruang Digital

Risiko serangan siber bisa terjadi kepada siapa saja, baik itu individu, organisasi, bahkan negara.

img_title
VIVA.co.id
11 November 2024