Warna yang Disukai dan Dicueki Nyamuk
- Pixabay
VIVA Tekno – Penelitian dari Universitas Washington, Amerika Serikat (AS) mengungkapkan bahwa nyamuk memiliki ketertarikan dan ketidaksukaan terhadap warna.
Studi yang diterbitkan pada 2022 ini dilakukan dengan melacak perilaku nyamuk demam kuning betina, Aedes aegypti, saat dihadapkan pada berbagai jenis rangsangan visual dan bau.
Gigitan Aedes aegypti diketahui dapat menularkan penyakit serius seperti demam berdarah, demam kuning, chikungunya, dan zika.
Menurut Guru besar biologi di Universitas Washington, Jeffrey Riffell, ada tiga faktor utama yang menarik perhatian nyamuk. Ketiganya yaitu napas manusia, keringat, dan suhu kulit.
Namun, belakangan ditemukan faktor lainnya. Faktor yang dimaksud adalah warna. Nyamuk tertarik pada warna merah, oranye, hitam, dan sian — warna antara biru dan hijau. Sebaliknya, nyamuk cenderung mengabaikan warna hijau, ungu, biru, dan putih.
Jadi, mengenakan pakaian dengan warna-warna ini mungkin bisa menjadi cara efektif untuk menghindari gigitan nyamuk di musim pancaroba saat ini sebagai langkah pencegahan ekstra saat beraktivitas di luar maupun dalam ruangan.
"Dalam studi ini, kami menemukan faktor keempat: warna merah, yang tidak hanya ditemukan pada pakaian tetapi juga pada kulit setiap orang. Warna kulit tidak penting, kita semua memancarkan sinyal merah yang kuat. Menyaring warna-warna menarik tersebut pada kulit kita atau mengenakan pakaian yang menghindari warna-warna tersebut bisa menjadi cara lain untuk mencegah gigitan nyamuk," kata Riffell, seperti dikutip dari situs Wkfr, Minggu, 26 Mei 2024.
Ia bersama para peneliti mengamati serangga di ruang uji mini yang diisi dengan bau dan pola visual berbeda, termasuk titik berwarna atau tangan manusia. Tanpa rangsangan bau, nyamuk sebagian besar mengabaikan titik di dasar ruang, terlepas dari warnanya.
Namun, ketika semprotan karbon dioksida ditambahkan, nyamuk terbang menuju titik yang berwarna merah, oranye, hitam, atau sian — tetapi menghindari yang berwarna hijau, biru, dan ungu.
Manusia menghembuskan karbondioksida (CO2) yang bisa dicium oleh serangga dan percobaan menunjukkan bahwa gas tersebut membuat mata nyamuk lebih menyukai panjang gelombang tertentu dalam spektrum visual.
"Bayangkan jika Anda berada di trotoar dan mencium bau kulit pie atau kayu manis. Itu mungkin pertanda bahwa ada toko roti di dekatnya, dan Anda mungkin mulai mencarinya. Di sini, kami mulai mempelajari elemen visual apa yang dicari nyamuk setelah mencium versi toko roti mereka sendiri," ungkap Riffell.