Tanda Kiamat Mulai Muncul dari Bawah Tanah

Ilustrasi kekeringan ekstrem.
Sumber :

Jakarta – Data air di bawah permukaan tanah menurun secara cepat di seluruh dunia, menurut sebuah jurnal yang diterbitkan oleh peneliti dari UC Santa Barbara dalam jurnal Nature.

Meskipun Sudah Lulus Ternyata Gelar Doktor Bisa Dicabut Jika…

Penelitian tersebut menyajikan analisis terkait tingkat air tanah terbesar di seluruh dunia, yang melibatkan hampir 1.700 akuifer.

Dilansir dari Live Science, Jumat, 9 Januari 2024, selain memberikan peringatan tentang penurunan sumber daya air, penelitian ini juga memberikan contoh tentang kondisi yang berhasil diatasi, dan bagaimana penurunan air tanah bisa diatasi.

Inspiratif, Nukila Evanty Menjaga Identitas dan Hak Suku Laut di Tengah Arus Modernisasi

Ancaman kekeringan (ilustrasi)

Photo :
  • Antara/Rosa Panggabean

Hal tersebut memberikan manfaat bagi ilmuwan, pembuat kebijakan, dan pengelola sumber daya yang berusaha memahami perilaku air tanah secara global.

Pusat Riset Konsumen Teliti Air Minum Kemasan Galon di 33 Rumah Sakit, Ini Hasilnya!

"Penelitian ini didorong oleh rasa ingin tahu. Kami ingin lebih memahami keadaan air tanah global dengan mempermasalahkan jutaan pengukuran permukaan air tanah," kata salah satu penulis jurnal, Debra Perrone, seorang profesor di Program Studi Lingkungan UC Santa Barbara.

Tim mengumpulkan data dari catatan nasional dan subnasional serta hasil kerja lembaga lain. Penelitian ini memakan waktu tiga tahun, dua tahun di antaranya dihabiskan hanya untuk pembersihan dan pemilahan data.

Hal itulah yang diperlukan untuk memahami total 300 juta pengukuran ketinggian air dari 1,5 juta sumur selama 100 tahun terakhir.

Berikutnya adalah menerjemahkan banyaknya data menjadi wawasan aktual tentang tren air tanah global. Para peneliti kemudian menjelajahi lebih dari 1.200 publikasi untuk merekonstruksi batas-batas akuifer di wilayah penyelidikan dan mengevaluasi tren ketinggian air tanah di 1.693 akuifer.

Mengutip laporan di website UC Santa Barbara, temuan mereka memberikan analisis paling komprehensif mengenai tingkat air tanah global hingga saat ini, dan menunjukkan prevalensi penipisan air tanah.

Penelitian ini mengungkapkan bahwa air tanah menurun di 71% akuifer. Penipisan ini makin cepat terjadi di banyak tempat. Belum lagi laju penurunan air tanah pada tahun 1980-an dan 1990-an meningkat pesat dari tahun 2000 hingga saat ini.

Ilustrasi areal persawahan yang mengalami kekeringan.

Photo :
  • ANTARA FOTO/Dedhez Anggara

Hasil penelitian ini tidak hanya menunjukkan betapa buruknya kondisi, tetapi juga menggambarkan situasi makin buruk. Penurunan yang makin cepat ini terjadi di hampir tiga kali lebih banyak tempat dibandingkan yang diperkirakan secara kebetulan.

Studi lebih lanjut soal air tanah lebih sering terjadi di iklim yang lebih kering, dengan penurunan yang semakin cepat terutama terjadi di lahan kering dan semi-kering yang sedang ditanami.

"Sebuah temuan intuitif," kata penulis utama Scott Jasechko, seorang profesor di Bren School of Environmental Science & Management.

"Tetapi sesuatu yang bersifat intuitif adalah satu hal. Menunjukkan bahwa hal ini terjadi pada data dunia nyata adalah hal yang berbeda," imbuhnya.

Di sisi lain, ada tempat-tempat yang tingkatnya jauh lebih stabil atau pulih.

Penurunan air tanah pada tahun 1980-an dan 1990-an terjadi pada 16% sistem akuifer yang data historisnya telah penulis miliki. Namun, kasus-kasus ini hanya setengah dari kejadian yang diperkirakan secara kebetulan.

"Studi ini menunjukkan bahwa manusia dapat membalikkan keadaan dengan upaya yang disengaja dan terkonsentrasi," kata Jasechko.

Ambil contoh Tucson, Arizona. Air yang diambil dari Sungai Colorado digunakan untuk mengisi kembali akuifer di dekat Lembah Avra. Proyek ini menyimpan air untuk digunakan di masa depan.

"Air tanah sering kali dipandang sebagai rekening bank untuk air," jelas Jasechko. "Mengisi ulang akuifer secara sengaja memungkinkan kami menyimpan air tersebut hingga saat dibutuhkan," tegasnya.

Masyarakat dapat menghabiskan banyak uang untuk membangun infrastruktur yang mampu menampung air di atas tanah. Namun jika memiliki perencanaan geologi yang tepat, masyarakat dapat menyimpan air dalam jumlah besar di bawah tanah yang jauh lebih murah, tidak terlalu mengganggu, dan tidak terlalu berbahaya.

Penyimpanan air tanah juga dapat memberikan manfaat bagi ekologi wilayah tersebut. Faktanya, saat menyiapkan laporan penelitian pada tahun 2014, Perrone menemukan bahwa pengisian ulang akuifer dapat menyimpan air enam kali lebih banyak per dolar dibandingkan reservoir permukaan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya