Batam Jadi Penyokong Data Center Milik Pemegang Saham Telkomsel
- ANTARA/Naim
VIVA Tekno – Singapore Telecommunications atau Singtel, melalui anak usaha Digital InfraCo, membentuk Nxera yang khusus menangani pusat data (data center) untuk mendukung pengembangan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).
Pemegang saham PT Telekomunikasi Selular atau Telkomsel ini menggaet produsen pembuat chip asal Amerika Serikat (AS) Nvidia.
Selain itu, Singtel juga telah bermitra dengan sejumlah perusahaan, seperti Gulf Energy Development Thailand, Medco Power (anak usaha Medco Energi) dari Indonesia, dan TNB Renewables Malaysia.
Ketiganya akan memasok energi terbarukan ke Nxera sebagai bagian dari emisi nol bersih (net zero emission) perusahaan yang ditargetkan pada 2028. Upaya baru Singtel mengikuti perombakan perusahaan tahun lalu untuk meningkatkan produktivitas.
Perusahaan telekomunikasi yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh BUMN Telekomunikasi Singapura Temasek Holdings tersebut secara tegas memposisikan bisnis data center sebagai pilar pertumbuhan perusahaan berikutnya."Nantinya, tugas Digital InfraCo tidak hanya sebatas bisnis data center regional tapi juga kabel bawah laut dan operator satelit. Kami melihat tren pertumbuhan pesat data center generasi baru yang mendukung AI. Kami siap mengerahkan seluruh kemampuan dalam mendukung adopsi AI di seluruh dunia," kata Kepala Eksekutif Digital InfraCo, Bill Chang, seperti dikutip dari situs Asia.Nikkei, Selasa, 6 Februari 2024.
Ia juga mengumumkan bahwa data center baru dengan kapasitas 58 MW atau megawatt akan beroperasi penuh pada 2025 di Singapura. Fasilitas ini dilengkapi dengan mesin pendingin yang dirancang untuk menurunkan suhu komponen elektronik di dalam data center.
Selain itu, Singtel memulai pembangunan konstruksi data center di Thailand dan Batam, Kepulauan Riau. Sebagai informasi, anak usaha Temasek dan pemegang saham Telkomsel tersebut menggandeng Telkom Indonesia membangun data center di lahan seluas 5 hektare di Kabil Industrial Estate, Batam.
Singapura merupakan super hub telekomunikasi terbesar di kawasan Asia Pasifik, selain Hong Kong. Kebutuhan data center di negara kota itu sangat besar, namun tidak dapat dipenuhi lagi di dalam negeri akibat keterbatasan pasokan listrik.
"Kami juga sedang mempertimbangkan proyek serupa di Malaysia dan Vietnam serta memperluas ke pasar Asia Pasifik. Jepang adalah target berikutnya. Itu karena kami mendapat banyak permintaan klien, termasuk dari Jepang dan Australia," tutur Bill Chang, yang juga menjabat sebagai kepala divisi Infrastruktur Singtel.