Hubungan Indonesia dan China Makin Mesra di Bidang Digital

Ketua Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Sarwoto Atmosutarno.
Sumber :
  • VIVA/Misrohatun Hasanah

VIVA Tekno – Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini berkembang sangat cepat dan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu kunci utama dalam pertumbuhannya sehingga pengembangan kemampuan dan pengetahuan SDM menjadi sangat penting.

Program Ini Berikan Dampak Lebih Luas

Di tengah pesatnya kemajuan teknologi, semangat kolaborasi antara Indonesia dan China memiliki harapan besar dalam membentuk masa depan ranah digital.

Kemitraan tersebut memiliki potensi untuk menciptakan ekosistem digital yang berkelanjutan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Perang Bintang AS dan China

Kedua negara bertekad untuk meningkatkan keterampilan talenta digital dan engineer melalui program-program komprehensif yang mencakup pelatihan, penelitian, dan pengembangan karir.

Untuk itu, Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) sebagai Asosiasi TIK di Indonesia terus berupaya membangun dan mengembangkan kemampuan SDM agar mampu bersaing ke depannya, baik dalam maupun luar negeri, melalui kerja sama antar institusi.

8 orang tewas dan 17 Luka-luka usai Insiden Penusukan di Sebuah Sekolah di China

Hal ini diungkapkan Ketua Umum Mastel Sarwoto Atmosutarno di Jakarta, Selasa, 30 Januari 2024. Kerja sama Indonesia dan China di bidang TIK dilakukan melalui penandatanganan nota kesepahaman antara ZTE, China Institute of Communications (CIC), Mastel, serta Telkom University, Bandung, Jawa Barat.

Dalam pertemuan tersebut, ZTE dan Telkom University turut meresmikan laboratorium Digital Enterprise Ecosystem (DEE), yang diharapkan dapat mendukung peningkatan bakat digital serta mendorong kolaborasi antara pengembang aplikasi, perusahaan, dan operator jaringan seluler untuk mengembangkan ekosistem perangkat keras dan lunak.

"Sejak tahun 2008, ZTE dan Telkom University bersama-sama mengembangkan teknologi ini, khususnya dalam konektivitas digital yang dipasang di bawah teknologi LTE atau 5G milik ZTE. Selain itu juga mendukung kegiatan seperti melatih dan mendidik mahasiswa untuk mengetahui cara kerja peralatan 5G," kata Rektor Telkom University Adiwijaya.

Direktur Utama ZTE Indonesia Richard Liang menambahkan untuk memperkuat ekosistem digital yang inklusif, maka kolaborasi antarpemangku kepentingan menjadi kunci keberhasilan bersama.

"Kami percaya bahwa sinergi antara pemerintah, asosiasi, industri, dan lembaga akademik akan membentuk fondasi yang kuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif serta perkembangan teknologi yang positif," ungkapnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya