Planet Ini Punya Ekor Panjang karena Tertiup Angin Matahari
- Istimewa
Jakarta – Sebuah planet mirip komet di luar tata surya kita kehilangan lebih banyak atmosfer di bagian ekornya yang sangat luas daripada yang diperkirakan sebelumnya, sehingga membuat para astronom penasaran dan memunculkan pertanyaan-pertanyaan baru mengenai bagaimana planet berevolusi bersama bintang induknya.
Dilansir VIVA Tekno dari Space, Kamis, 18 Januari 2024, Exoplanet WASP-69b, planet gas raksasa yang panas dan menggembung yang berjarak 160 tahun cahaya dari Bumi dan mengitari bintang induknya dalam waktu 3,9 hari, pertama kali menjadi terkenal pada tahun 2018 ketika para astronom menemukan ekor gas yang mirip komet yang bocor dari atmosfer planet.
Ekor tersebut, yang tadinya diperkirakan hanya jejak kecil partikel helium, kini diperkirakan memiliki panjang setidaknya 563.270 kilometer karena atmosfernya tertiup angin matahari dari bintang induknya.
Tyler berbagi data baru tentang atmosfer WASP-69 b yang bocor dari Observatorium Keck di Hawaii, yang juga dijelaskan dalam makalah yang diterbitkan di The Astrophysical Journal pekan ini.
Pengamatan terbaru menunjukkan bahwa atmosfernya terlepas dari planet ini dengan kecepatan 200.000 ton per detik, membentuk ekor seperti komet yang sangat luas yang belum pernah terlihat sebelumnya.
Temuan baru ini sebagian besar disebabkan oleh cermin teleskop besar milik Observatorium Keck, yang mengumpulkan lebih banyak cahaya dibanding teleskop-teleskop sebelumnya yang mengamati WASP-69b.
Tapi, bisa jadi cermin tersebut juga mengubah perilaku bintang WASP-69, yang oleh para astronom disebut sebagai variabilitas bintang, kata Tyler. "Sulit untuk mengetahui dengan pasti jenis variabilitas apa yang terjadi di dalam bintang itu sendiri."
Berkat atmosfernya yang memancarkan gas, WASP-69b kehilangan satu massa Bumi setiap satu milyar tahun, yang mana "cukup banyak," kata Tyler, "tapi untuk Jupiter yang panas, itu tidak terlalu banyak."
Dengan mengamati ekor yang menyapu akan mengungkap bagaimana atmosfer WASP-69b berinteraksi dengan bintang induknya, sehingga bisa menjelaskan evolusi planet dan bintang induknya.
"Untuk sebagian besar exoplanet yang telah diketahui, kami menduga bahwa periode hilangnya atmosfer sudah lama berakhir," kata salah satu penulis studi, Erik Petigura dari UCLA, dalam sebuah pernyataan. "Sistem WASP-69b adalah sebuah permata karena kami memiliki kesempatan langka untuk mempelajari kehilangan massa atmosfer secara real time dan memahami fisika kritis yang membentuk ribuan planet lainnya."
Selain daya tarik ilmiahnya, ketahanan planet ini dalam menghadapi angin bintang yang tak henti-hentinya juga berfungsi sebagai pengingat yang kuat tentang perspektif, kata Tyler dalam pernyataannya.
"Terlepas dari banyaknya tantangan yang mungkin kita hadapi, seperti WASP-69b, kita memiliki apa yang diperlukan untuk terus maju."