Ramalan Kiamat Bikin Orang Jadi Mager

Ilustrasi Bumi.
Sumber :
  • Pixabay

Jakarta – Para ilmuwan iklim mengkritik prediksi-prediksi mengenai kehancuran dunia (kiamat) karena dianggap dapat membuat orang menjadi kurang termotivasi atau males bergerak untuk mengatasi isu pemanasan global.

7 Ramalan Kiamat yang Tidak Pernah Kejadian, Ada yang Direvisi

Dalam laporan yang dikutip VIVA Tekno dari The Guardian pada Selasa, 9 Januari 2024, Hannah Ritchie, yang menjabat sebagai Kepala Penelitian di Our World In Data, menyatakan bahwa masih ada harapan untuk menangani perubahan iklim karena bukanlah ancaman kehancuran yang pasti.

Hadirkan Inovasi untuk Indonesia, 4 Peneliti Perempuan Raih Penghargaan L’Oreal - UNESCO For Women in Science 2024

Ilustrasi sampah luar angkasa yang mengorbit Bumi.

Photo :
  • NASA

"Namun sering ada pesan yang datang bahwa 'tidak ada yang bisa kita lakukan tentang itu: sudah terlambat, kita dihukum, jadi nikmati saja hidup,'" ujarnya kepada The Guardian.

Inspiratif, Nukila Evanty Menjaga Identitas dan Hak Suku Laut di Tengah Arus Modernisasi

"Itu pesan yang sangat merusak, karena itu tidak benar, dan tidak mungkin itu mendorong tindakan [untuk membenahi masalah]."

Sebelumnya, sebuah makalah yang diterbitkan dalam jurnal BioScience yang diklaim ditandatangani oleh lebih dari 15.000 ilmuwan di 161 negara, memperingatkan "kehidupan di planet Bumi sedang terancam."

"Selama beberapa dekade, para ilmuwan konsisten memperingatkan masa depan yang ditandai dengan kondisi iklim ekstrem akibat peningkatan suhu global yang disebabkan oleh aktivitas manusia yang melepaskan gas rumah kaca berbahaya ke atmosfer," tulis makalah tersebut.

"Sayangnya, kini waktunya sudah habis." Ujarnya

Dalam studi bertajuk 'The 2023 state of the climate report: Entering uncharted territory' itu, peneliti postdoctoral di Oregon State University (OSU) dan 11 rekan penulis lainnya memasukkan soal rekor iklim dipecahkan dengan "margin yang sangat besar."

"Pada akhir abad ini (tahun 2100, red), diperkirakan 3 hingga 6 miliar orang, kira-kira sepertiga hingga setengah populasi global, akan berada di luar wilayah yang layak huni," simpul para peneliti, mengutip kajian Lenton dkk. (2023).

Ilustrasi asteroid mendekati Bumi.

Photo :
  • Time24News

Mereka, kata studi itu, akan "menghadapi panas yang ekstrem, terbatasnya ketersediaan pangan, dan meningkatnya angka kematian karena penyakit yang merupakan dampak perubahan iklim."

Peneliti pascadoktoral Oregon State University dan juga salah satu penulis utama studi, Christopher Wolf, dikutip dari Futurism, menyatakan "kita sedang menuju potensi runtuhnya sistem alam dan sosial-ekonomi dan dunia dengan panas yang tak tertahankan dan kekurangan sumber daya alam, makanan, dan air bersih."

Jika, ia mensyaratkan, tak ada "tindakan yang mengatasi akar masalah umat manusia yang mengambil lebih banyak dari Bumi daripada yang bisa diberikan secara aman."

Berbagai media pun menjadikan studi ini sebagai 'ramalan kiamat'.

Antartika.

Gletser Kiamat Ancam Bumi

Gletser Thwaites, atau Gletser Kiamat, di Antartika telah memicu perbincangan tentang 'geoengineering' atau rekayasa Bumi sebagai solusi perubahan iklim.

img_title
VIVA.co.id
18 November 2024