Tak Disangka, Bos ChatGPT Sam Altman Ternyata Rajin Puasa
- Istimewa
Jakarta – Bos ChatGPT yang bernama Sam Altman sempat ramai menjadi perbincangan hangat di media sosial lantaran ditendang dari perusahaannya. Tapi, tidak butuh waktu lama bagi Sam Altman bisa kembali menduduki posisi CEO OpenAI setelah banyak orang merekomendasikannya.Â
Sementara itu, terlepas dari urusan kantor, Sam Altman dikenal sebagai seseorang yang sangat terobsesi untuk memperpanjang masa hidupnya di dunia. Seperti dilansir dari Business Insider India, pendiri ChatGPT itu disebut-sebut telah mempersiapkan skenario jika hari kiamat datang.Â
Misalnya jika ada virus sintetis yang mematikan, perang nuklir, maupun serangan kecerdasan buatan alias AI. Sam kabarnya telah memiliki persediaan berupa senjata, emas, dan perlengkapan bertahan hidup lainnya. Ia juga sangat menjaga kesehatan tubuhnya.Â
Pria berusia 38 tahun itu mengatur waktu tidur, jadwal kerja, maupun pola makan. Sam Altman juga memperhatikan banyak aspek kehidupan sehari-hari dan memaksimalkan efektivitasnya. Salah satu yang menjadi sorotan publik adalah kebiasaan menjalankan puasa.Â
Pada tahun 2018, Sam Altman sempat menulis bahwa ia meminum segelas kopi kecil espresso usai bangun tidur tapi jarang sarapan. Altman juga sering menjalankan puasa selama 15 jam dalam beberapa hari. Ia juga menghindari terlalu banyak makan sebelum tidur.Â
Bukan hanya itu, Altman juga menghindari meminum alkohol untuk menyehatkan tubuhnya. Altman adalah seorang vegetarian dan kerap minum susu protein untuk melengkapi pola hidup. Untuk yang satu ini, ternyata Altman kurang menyukainya.Â
Pria yang lahir 22 April 1985 itu juga mengatakan bahwa sebisa mungkin dirinya menghindari makanan yang menyebabkan radang. Misalnya makanan pedas dan makanan yang selalu mengancam pencernaan, serta ia juga menghindari mengonsumsi gula terlalu banyak.Â
Bukan hanya itu, ketika membaca email yang masuk, ia lebih suka menggunakan LED spektrum penuh pada pagi hari sekitar 10-15 menit. Menurut dia, hal ini menjadi aktivitas yang menguntungkan. Ia mengaku bahwa dirinya lebih senang membuat janji bertemu siang hari.Â
"Saya mendapati bahwa sebagian besar pertemuan sebaiknya dijadwalkan selama 15-20 menit atau 2 jam. Umumnya 1 jam biasanya salah dan menyebabkan banyak waktu terbuang. 90% pertemuan random yang saya ikuti adalah pemborosan waktu, 10% benar-benar menggantikannya," kata Altman.
Ia juga memprioritaskan untuk menyisihkan waktu dalam jadwalnya untuk melakukan pertemuan yang sifatnya kebetulan untuk memaparkan ide baru kepada orang lain serta untuk memikirkan apa lagi yang akan dikerjakan oleh dirinya.Â