Carilah Air, Baru Bisa Ketemu Alien
- Ancient Origins
Jakarta – Mencari sumber air seperti danau/sungai atau lautan di exoplanet merupakan kunci untuk menemukan kehidupan di antara bintang-bintang (alien), dan sekarang, para ilmuwan telah mengusulkan strategi baru yang bisa meningkatkan peluang untuk menemukan mereka.
Dilansir VIVA Tekno dari Live Science, Selasa, 9 Januari 2024, studi baru yang dipublikasikan 28 Desember 2023 di Jurnal Nature Astronomy, para peneliti berhipotesis bahwa jika atmosfer sebuah exoplanet memiliki kandungan CO2 (karbondioksida) yang lebih sedikit dibanding planet-planet tetangganya, maka kemungkinan ada air dalam jumlah yang banyak di permukaannya - atau bahkan kehidupan.
Saat ini, menemukan sumber air berupa danau/sungai atau lautan di planet-planet di luar tata surya menjadi tantangan besar. Dari sekitar 5.000 exoplanet yang sudah ditemukan, belum ada satu pun yang sudah dikonfirmasi memiliki air.
Yang bisa dilakukan para ilmuwan saat ini adalah mendeteksi jejak air di atmosfer exoplanet dan menentukan apakah planet-planet tersebut secara teori bisa mendukung air dalam wujud cair.
"Kita tahu bahwa pada awalnya, atmosfer Bumi dahulunya sebagian besar terdiri dari CO2, tetapi kemudian karbon larut ke dalam lautan dan membuat planet ini mampu mendukung kehidupan selama sekitar empat miliar tahun terakhir," ujar salah satu penulis utama studi ini, Amaury Triaud, profesor eksoplanetologi di University of Birmingham di Inggris, dalam sebuah pernyataan.
Setelah karbon dilarutkan di lautan, aktivitas tektonik kemudian menguncinya di kerak Bumi, menciptakan penyerap karbon yang efektif.
Inilah sebagian alasan mengapa planet kita memiliki tingkat CO2 yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan planet-planet tetangga - atmosfer Bumi mengandung sekitar 0,04 persen CO2, sedangkan atmosfer di Venus dan Mars mengandung lebih dari 95 persen CO2.
Jika para ilmuwan mengamati atmosfer rendah karbon yang sama di sebuah exoplanet, maka hal ini bisa mengindikasikan adanya lautan luas yang mirip dengan lautan kita, kata para peneliti.
Mencari CO2 lebih mudah daripada mencari air cair. CO2 menyerap radiasi inframerah dengan sangat baik, yang berarti menghasilkan sinyal kuat yang dapat dideteksi oleh para ilmuwan.
Teknik ini juga dapat dilakukan dengan teleskop yang sudah ada, seperti James Webb Space Telescope (JWST). Pengamatan di permukaan bumi juga dapat dilakukan karena panjang gelombang tertentu yang diukur CO2 - sedangkan atmosfer Bumi dapat men-torpedo eksperimen pada panjang gelombang lain dengan menyerap sebagian sinyal.
"Ini adalah cara yang sangat bagus untuk melakukan hal ini. Dan ini juga tidak akan melibatkan investasi besar-besaran dalam hal waktu teleskop, yang sangat penting karena itu sangat berharga bagi komunitas kami," kata Sarah Casewell, seorang dosen di sekolah fisika dan astronomi di University of Leicester di Inggris, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
Yang menggiurkan, skenario lain yang dapat berkontribusi pada atmosfer rendah karbon adalah kehidupan itu sendiri. Cara utama kehidupan di planet kita menangkap karbon adalah melalui fotosintesis dan pembuatan cangkang, dan sekitar 20 persen dari seluruh penangkapan karbon di Bumi disebabkan oleh proses biologis.
"Meskipun ada banyak harapan di awal, sebagian besar kolega kami pada akhirnya sampai pada kesimpulan kalau teleskop besar seperti JWST tidak akan bisa mendeteksi kehidupan di exoplanet. Pekerjaan kami membawa harapan baru," kata salah satu penulis utama studi Julien de Wit, asisten profesor ilmu planet di Massachusetts Institute of Technology, dalam sebuah pernyataan.
"Dengan memanfaatkan ciri khas karbon dioksida, kita tidak hanya dapat menyimpulkan keberadaan air cair di planet yang jauh, tetapi juga menyediakan jalan untuk mengidentifikasi kehidupan itu sendiri," kata de Wit.
Meskipun pada prinsipnya pendekatan ini tampaknya akan berhasil, tapi masih ada rintangan, karena belum diketahui berapa banyak exoplanet terestrial yang memiliki atmosfer. "Menemukan sistem yang sempurna untuk menguji hal ini mungkin akan menjadi sedikit lebih sulit daripada yang kita duga sebelumnya," kata Casewell kepada Live Science.
Tapi, seiring dengan terus bertambahnya jumlah exoplanet yang ditemukan, semakin banyak pula atmosfer yang ditemukan. Dan teknik ini bisa membantu untuk mengetahui apakah planet-planet tersebut bisa mendukung kehidupan.