Wilayah Ini Sangat Bahaya untuk Hewan dan Manusia
- Istimewa
Gaza – Di Kebun Binatang Rafah, wilayah selatan Jalur Gaza, sejumlah besar warga Palestina yang berada dalam kondisi keuangan yang sulit mencari perlindungan di antara kandang-kandang yang menampung berbagai hewan seperti monyet, burung beo, dan singa yang sedang kelaparan.
Di lokasi itu, baik manusia maupun hewan sama-sama menghadapi ancaman kematian akibat ketersediaan makanan yang sangat terbatas.
Dilansir dari Aljazeera, Senin, 8 Januari 2023, Mayoritas dari 2,3 juta penduduk Gaza terpaksa meninggalkan tempat tinggal mereka akibat serangan yang tak henti dari militer Israel, melalui serangan udara, darat, dan laut, serta evakuasi paksa.
Seiring dengan itu, sebagian besar wilayah tersebut kini menjadi puing-puing. Banyak yang mencari perlindungan di Rafah yang sudah penuh sesak, menyingkir ke kamp-kamp yang padat, dan mendirikan tenda di sudut-sudut jalan.
“Ada banyak keluarga yang benar-benar musnah. Sekarang seluruh keluarga kami tinggal di kebun binatang ini,” kata Adel Gomaa, yang meninggalkan Kota Gaza. “Hidup di antara hewan lebih penuh belas kasihan daripada apa yang kita dapatkan dari pesawat tempur di angkasa.”
Sebuah laporan yang didukung PBB pekan lalu memperingatkan bahwa Gaza berisiko mengalami kelaparan karena seluruh penduduknya menghadapi tingkat krisis kelaparan.
Israel menghentikan semua impor makanan, obat-obatan, listrik dan bahan bakar ke Gaza ketika konflik saat ini dimulai pada bulan Oktober.
Meskipun kini negara tersebut mengizinkan sejumlah bantuan untuk memasuki Jalur Gaza, pemeriksaan keamanan, hambatan pengiriman dan kesulitan untuk melewati reruntuhan zona perang telah menghambat pasokan. Banyak warga Palestina mengatakan mereka tidak makan setiap hari.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan risiko kelaparan dan penyakit, karena hanya sedikit bantuan yang masuk ke wilayah Palestina setelah tiga bulan terjadinya pertempuran antara Israel dan militan Hamas.
Dan dengan pemboman tanpa henti yang dilakukan Israel yang mendorong semakin banyak warga Gaza ke selatan menuju Rafah, dekat perbatasan Mesir, Gomaa membuka pintunya bagi mereka yang membutuhkan.
“Kebun binatang ditutup setelah perang, namun kami membukanya untuk menampung keluarga dan teman-teman pengungsi,” kata Gomaa.
Para pendatang baru telah mendirikan tenda darurat di antara kandang dan menggantungkan pakaian warna-warni mereka di tali jemuran untuk melihat singa dan monyet kurus yang berjalan mondar-mandir.
Saat orang dewasa memasak makanan apa pun yang mereka temukan, anak-anak mengintip hewan-hewan dari balik jeruji -- banyak di antaranya kelaparan. Sebagaimana, penduduk Gaza yang mengalami krisis bahan pangan, hewan di kebun binatang Gomaa pun terancam kematian.
“Makanan tidak tersedia, dan beberapa hewan telah mati,” kata Gomaa.
“Singa betina melahirkan, tapi kami tidak bisa menyediakan makanan, sehingga anaknya mati,” tambahnya. “Dan hal yang sama terjadi pada monyet dan burung.”
Kekurangan ini memaksa kebun binatang untuk berkreasi demi menjaga kelangsungan hidup hewan-hewan tersebut.
“Metode terakhir kami adalah membawakan mereka roti kering dan membasahinya dengan air,” kata Gomaa.
“Kami juga mencoba menghadirkan (mereka) sesuatu dari sana-sini.”
Israel telah melancarkan serangan tanpa henti yang telah menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza menjadi puing-puing dan merenggut lebih dari 22.300 nyawa, menurut kementerian kesehatan wilayah tersebut. PBB mengatakan 85 persen penduduk Jalur Gaza telah mengungsi.
“Pada awal perang, kami mampu mengatasinya (pengungsi), kemudian menjadi tidak terkendali,” kata Gomaa.
Perang telah menyebabkan kelangkaan daging dan kenaikan tajam harga pakan, dari 70 shekel (US$19) menjadi 400 shekel.
Gomaa mengatakan kebun binatang sedang menunggu bantuan dari organisasi kesejahteraan hewan.