15 Ribu Ilmuwan Tetapkan Tahun Dunia Akan Kiamat
- World Anvil
VIVA Tekno – Isu perubahan iklim dan dunia yang akan hancur memang sudah lama terdengar di telinga masyarakat. Namun, baru-baru ini, ribuan ilmuwan dan saintis telah sepakat akan satu hal, kapan Bumi akan kiamat?
Para ilmuwan kembali membunyikan peringatan atas dampak buruk perubahan iklim terhadap planet ini, dan kali ini, mereka mengatakan bahwa lingkungan Bumi yang berubah dengan cepat, dapat mengakibatkan bencana global yang sangat besar, seperti 'kiamat' pada akhir abad ini, yaitu akhir abad 21 atau pada 2100.
Para peneliti menekankan penderitaan saat ini yang disebabkan oleh perubahan iklim ekstrem yang memecahkan rekor, dan meningkatkan kekhawatiran akan kemungkinan meluasnya keruntuhan masyarakat dan ekologi di masa depan, serta mengecam peningkatan subsidi terhadap industri bahan bakar fosil, yang merupakan pendorong utama perubahan iklim.
Sebuah jurnal baru yang diterbitkan dalam BioScience telah ditandatangani bersama oleh lebih dari 15 ribu ilmuwan dari 161 negara, memperingatkan bahwa “kehidupan di Planet Bumi sedang terancam” karena kita terus bergerak semakin cepat menuju keruntuhan lingkungan.
"Selama beberapa dekade, para ilmuwan secara konsisten memperingatkan masa depan yang ditandai dengan kondisi iklim ekstrem karena meningkatnya suhu global yang disebabkan oleh aktivitas manusia yang melepaskan gas rumah kaca berbahaya ke atmosfer,” tulis makalah tersebut, dilansir Rabu, 27 Desember 2023.
"Sayangnya, waktu kita sudah habis!”
Dalam sebuah pernyataan, peneliti pascadoktoral Oregon State University dan salah satu penulis utama studi Christopher Wolf menyampaikan nada serius dari makalah tersebut sambil menawarkan secercah harapan yang tentu saja dipadukan dengan strategi mitigasi yang besar.
“Tanpa tindakan yang mengatasi akar masalah umat manusia yang mengambil lebih banyak dari bumi daripada yang bisa diberikan secara aman,” kata Wolf, “K sedang menuju potensi runtuhnya sistem alam dan sosial-ekonomi dan dunia dengan panas yang tak tertahankan dan kekurangan sumber daya alam, makanan dan air bersih," lanjutnya.
Dalam studi tersebut, postdoc OSU dan 11 rekan penulis lainnya memasukkan banyak poin data mengejutkan yang menunjukkan bahwa pada tahun 2023, banyak rekor iklim dipecahkan dengan “margin yang sangat besar.”
Para penulis menunjuk secara khusus pada musim kebakaran hutan Kanada yang sangat aktif tahun ini dan mengatakan bahwa hal ini "mungkin menunjukkan titik kritis menuju rezim kebakaran baru," yang bisa dibilang merupakan salah satu kalimat akademis paling menakutkan yang pernah ditulis.
Profesor kehutanan terkemuka di OSU, William Ripple, yang merupakan salah satu penulis penelitian ini, menambahkan bahwa tahun ini telah membawa “pola yang sangat mengkhawatirkan,” dan tidaklah menggembirakan bahwa kita hanya berbuat sedikit untuk memperbaiki keadaan.
"Kami juga hanya menemukan sedikit kemajuan yang bisa dilaporkan terkait upaya umat manusia dalam memerangi perubahan iklim,” kata Ripple dalam pernyataannya.
Seperti banyak ilmuwan sebelumnya, 12 penulis studi dan ribuan penandatangan studi tersebut tidak hanya menunjuk pada industri bahan bakar fosil yang sangat berpolusi tetapi juga perwakilan pemerintah yang mensubsidi mereka sebagai salah satu akar penyebab efek bola salju iklim ini.
Menurut makalah tersebut, antara 2021 dan 2022, subsidi bahan bakar fosil meningkat dua kali lipat dari US$531 miliar menjadi lebih dari US$1 triliun, dan jumlah tersebut hanya terjadi di Amerika Serikat (AS).
“Kita harus mengubah perspektif kita mengenai darurat iklim dari sekedar isu lingkungan hidup yang terisolasi menjadi ancaman yang sistemik dan eksistensial,” tulis para penulis makalah tersebut.
Mereka mengatakan agar kita segera beralih dari bahan bakar fosil, serta memerangi “konsumsi berlebihan oleh orang-orang kaya," Dua hal tersebut adalah cara tercepat untuk mencegah 'kiamat' sebelum abad ke-21 berakhir.