Alasan Orang Dulu Tak Pernah Senyum saat Foto Akhirnya Terungkap

Foto Jadul Indonesia.
Sumber :
  • Quora

VIVA Tekno – Tahukah Anda bahwa tersenyum dianggap bodoh dan merupakan tindakan kelas bawah sejak 1800-an hingga 1900-an? Melihat foto potret dari masa lalu, Anda mungkin melihatnya biasa saja tak ada yang masalah.

Foto Bareng Teuku Ryan, Shinta Bachir Keluhkan Banyak Komentar Tajam dan Pedas

Hanya saja, jika Anda lebih teliti lagi. Di mana pada foto potret pertama yang Anda ambil dulu, seringkali menggambarkan orang dewasa dan anak-anak tampak serius dan tidak tersenyum.

Hal ini bahkan terlihat pada foto pernikahan dan perayaan yang mengharapkan kebahagiaan dan kegembiraan. Pada awal abad ke-19 hingga awal abad ke-20, hampir semua orang tidak pernah senyum saat foto, tidak seperti saat ini.

Rachel Vennya Unggah Foto dengan Okin Langsung Ramai Disorot, Netizen Heboh

Presiden Joe Biden 'Menghilang' saat Sesi Foto Bersama KTT G20 di Brasil

Fenomena tersebut ternyata sudah lumrah pada zaman dulu. Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi orang dulu tidak penah senyum saat berfoto. Tapi, kenapa orang tidak tersenyum di depan kamera?

Ada banyak teori dan pemikiran tentang mengapa orang kurang mengekspresikan kegembiraan dalam sebuah foto. Berikut ini terdapat sederet alasan mengapan orang dulu tidak tersenyum saat foto:

Sejak Tahun 1800 hingga 1900an Tersenyum Tidak Disetujui

Selain memiliki minat yang tidak biasa dalam memotret orang mati, masyarakat Victoria dan Edward tidak setuju untuk tersenyum. Pada saat itu, tersenyum dianggap bodoh dan merupakan tindakan kelas bawah.

Bersikap serius dan menjaga wajah tetap datar diyakini sebagai ekspresi wajah yang paling kuat dan elegan. Meski tidak ada cara untuk membuktikan teori ini, namun dapat dipelajari melalui teks dan dokumen sejarah.

Ini bisa menjadi pesaing utama karena tidak ada yang tersenyum saat difoto. Tersenyum dianggap bodoh, jadi terlihat serius itu penting saat berfoto.

Kamera Dulu Lebih Lama untuk Mengambil Sebuah Potret

Alasan paling umumnya adalah foto membutuhkan waktu lama untuk diekspos. Kamera pertama tidak secepat mengambil foto dengan ponsel saat ini. Foto membutuhkan waktu untuk diekspos, artinya subjek harus duduk diam dalam waktu lama.

Rata-rata, kamera pertama membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk mengambil foto. Subjek harus tetap diam untuk mendapatkan foto dengan kualitas terbaik.

Pergerakan tersebut akan menyebabkan foto menjadi buram dan subjek menjadi tidak fokus. Oleh karena itu, duduk dengan wajah santai dibandingkan menahan senyum selama 20 menit lebih mudah.

Namun ini bukan satu-satunya faktor karena kualitas kamera meningkat selama bertahun-tahun dan, pada tahun 1900, kualitas kamera menjadi sangat maju pada saat itu. Pada tahun 1900-an, kamera dapat mengambil foto dalam waktu sekitar 20 detik.

Pengenalan Brownie dan kamera lainnya mengurangi waktu pemaparan, yang berarti orang dapat menahan senyuman. Mereka lambat menurut standar saat ini, namun cepat untuk zamannya.

Foto Jadul Indonesia

Photo :
  • Quora

Tradisi Fotografi Postmortem 

Dalam teknik fotografi ini seseorang, anak, atau hewan peliharaan yang baru saja meninggal akan difoto seolah-olah mereka masih hidup. Dimulai pada hari-hari awal fotografi pada 1900, tradisi postmortem itu sebagian besar hilang.

Namun, potret tetap digunakan sebagai cara melestarikan kehidupan untuk generasi mendatang. Itu sebabanya, berfoto cenderung serius.

Foto jadul

Photo :
  • facts.net

Mahal

Pada hari-hari awal kemunculan kamera, hanya sedikit orang yang mengambil foto mereka, dan bahkan lebih sedikit lagi yang mengambil foto mereka sendiri, karena mahal. Kebanyakan orang hanya difoto sekali seumur hidup, yang berarti mereka tidak menganggap enteng acara foto tersebut.

Tidak Boleh Pamer Emosi

Pada zaman dahulu, secara luas orang-orang tertaanam pemahaman bahwa apa yang ditunjukkan di ruang publik lebih baik sisi diri yang tenang, dan menampilkan sesuatu yang bermartabat untuk orang-orang di sekitar Anda. Pada waktu itu, para orangtua mendiktekan bahwa orang-orang tidak berperilaku terlalu pamer emosi mereka di depan umum. Pada kenyataannya, jika seseorang tersenyum berlebihan, orang sering menduga bahwa mereka sedikit ada gangguan jiwa. 

Gigi Buruk

Ada anggapan juga bahwa kebersihan gigi telah menjadi norma bagi semua orang pada abad ke-19. Dan karena foto dimaksudkan untuk menggambarkan orang-orang yang terbaik, mereka hanya akan tutup mulut untuk menyembunyikan gigi jelek mereka.

Obsesi Orang Victoria Terhadap Potret Orang Mati

Secara historis orang terobsesi dengan mengambil foto orang mati Alasan lain Anda melihat orang terlihat serius mungkin karena tradisi zaman Victoria dalam mengambil foto almarhum.

Kamera membuat kemampuan mengambil foto lebih mudah diakses dan dikelola. Di zaman Victoria, memotret orang mati menjadi semakin populer. Hal ini karena, tidak seperti saat ini, foto dipandang sebagai cara untuk menangkap 'presentasi beku' seseorang.

Berbeda dengan asosiasi fotografi saat ini yang digunakan untuk mengabadikan momen dalam waktu. Setelah orang yang dicintai meninggal dunia, mereka akan mengenakan pakaian hitam dan diposisikan tegak untuk difoto.

Nah, ini semacam proses dokumentasi dan dipandang sebagai jalan menuju keabadian. Potret-potret itu sering dianggap sebagai alasan mengapa orang mengasosiasikan beberapa fotografi potret wajah pertama dengan keseriusan. Namun, foto-foto itu hanyalah sebuah gaya potret.

Kesimpulannya

Secara keseluruhan, orang tidak pernah tersenyum di foto lama karena berbagai alasan. Tren umum terkait dengan apa yang dapat diterima pada saat itu dan hambatan teknis.

Tersenyum dalam fotografi dan potret pada awalnya merupakan tantangan karena memerlukan waktu yang lama untuk mengambil gambar.

Selain aspek teknis, faktor lainnya adalah standar dan cita-cita zaman. Misalnya saja, tersenyum dianggap remeh dan dianggap tidak pantas. Hampir mustahil menemukan foto potret tersenyum dari era ini, yang memicu rasa penasaran subjeknya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya