Mengapa Ikan di Kutub Selatan Tidak Mati Membeku?
- Pixabay/PublicDomainPictures
VIVA Digital – Kutub Selatan adalah tempat yang sangat sulit ditempati. Suhu di sana jauh di bawah titik beku, disertai angin kencang dan tanpa satu pun pohon. Terbayang bagaimana sesuatu bisa hidup di sana. Mungkin banyak yang bertanya-tanya bagaimana ikan bisa tetap hidup di sana dan tidak mati beku?
Ikan disebut sebagai hewan berdarah dingin, tetapi apa arti sebenarnya dari istilah ini? Organisme berdarah dingin adalah hewan yang suhu tubuhnya tergantung pada lingkungan sekitarnya. Ini berlaku untuk hampir semua ikan, reptil, dan amfibi.
Sementara itu, hewan berdarah panas dapat menjaga suhu tubuh mereka sendiri. Hewan-hewan seperti mamalia dan burung termasuk dalam kategori ini.
Beberapa ikan, seperti tuna biru Pasifik, telah beradaptasi dengan sistem berdarah panas, tetapi tidak demikian dengan ikan di Samudra Antartika. Meskipun memiliki komposisi tubuh berdarah dingin, mereka berevolusi dengan penyesuaian menarik.
Bahaya Suhu Pembekuan
Penting bagi darah untuk tetap mengalir ke seluruh tubuh makhluk hidup. Darah membawa oksigen dan nutrisi ke seluruh bagian tubuh. Bayangkan apa yang terjadi pada darah kita jika kita berada di perairan Antartika.
Sebagian besar darah kita adalah air—90 persen darinya. Ini berarti bahwa darah kita akan membeku di perairan Antartika, di mana suhu pembekuan air turun menjadi -1,9 derajat Celcius.
Suhu di bawah nol ini dapat menyebabkan pembentukan kristal es dalam darah. Ini berbahaya karena kristal es dapat merusak sel-sel dalam darah, mirip dengan jarum menusuk balon-balon halus sel kita.
Proteksi dalam Darah: Antifreeze Blood
Ternyata, Ikan di Antartika memiliki "protein antifreeze" dalam darah mereka. Antifreeze mengacu pada senyawa tertentu yang dapat ditambahkan ke air untuk menurunkan suhu pembekuan, seperti dilansir dari Science ABC. Protein antifreeze ini diproduksi dalam tubuh ikan dan mencegah pembentukan kristal es dalam darah.
Protein ini bekerja dengan cara mencegah kristal es kecil bergabung dan membentuk kristal yang cukup besar untuk merusak tubuh ikan. Dr. Arthur L. DeVries dari University of Illinois menemukan fenomena ini pada 1960-an, ketika ilmuwan di seluruh dunia penasaran tentang bagaimana ikan bisa bertahan hidup di kondisi yang sangat keras di Antartika.
Menariknya, kemampuan ini tidak hanya dimiliki oleh ikan Antartika. Protein antifreeze juga ditemukan pada organisme lain, seperti diatom es laut, bakteri, jamur salju, dan bahkan beberapa kumbang.
Jadi, rahasia mengapa ikan di Antartika tidak membeku terletak pada kehadiran protein antifreeze dalam darah mereka. Ini adalah contoh menakjubkan tentang bagaimana evolusi menciptakan solusi cerdas untuk tantangan lingkungan yang unik. Melalui trik alam semesta ini, ikan di Antartika dapat bertahan di perairan yang sangat dingin tanpa takut membeku.