Pertama di Dunia, Pesawat Boeing 787 Mendarat di Antartika
- EurAsian Times
VIVA Digital – Untuk pertama kalinya di dunia, pesawat komersil Boeing 787 Dreamliner mendarat di Antartika, tepatnya di Troll Airfield, pada akhir November 2023.
Norse Atlantic Airways mendaratkan Boeing 787 Dreamliner dalam kondisi yang agak berbeda dari biasanya, dengan menyewa 45 peneliti dan staf dari Institut Polar Norwegia, serta 12 ton peralatan penelitian. Ini adalah pertama kalinya Boeing 787 mendarat di benua yang dipenuhi salju tersebut.
Antartika tidak memiliki penduduk tetap karena cuacanya yang sangat dingin, namun sekitar 4.000 orang tinggal di sana selama bulan-bulan musim panas. Benua ketujuh juga dikunjungi lebih dari 100 ribu wisatawan yang datang melalui pesawat atau kapal setiap musimnya.
“Dalam semangat eksplorasi, kami bangga bisa ikut serta dalam misi penting dan unik ini,” kata CEO Norse Bjorn Tore Larsen dalam sebuah pernyataan. “Ini adalah bukti nyata bagi pilot dan awak kami yang sangat terlatih dan terampil, serta pesawat Boeing kami yang canggih,” lanjutnya, melansir EurAsia News, Senin 4 Desember 2023.
Jalur pendaratan es biru Troll sepanjang 2,7 kilometer hanya dibuka antara bulan Oktober dan Maret, dan proses pemeliharaan serta persiapannya untuk pesawat terbang memakan waktu yang lama.
Menurut Flightradar24, tim menghabiskan waktu dua minggu untuk menghilangkan salju dari jalur pendaratan, memperbaiki retakan atau kekurangan di landasan pacu, dan menambahkan lapisan tipis salju dan es yang dihancurkan untuk menciptakan gesekan yang diperlukan untuk pengoperasian pesawat.
Dengan kedatangan 787 Norse di Antartika, Direktur Institut Polar Norwegia Camilla Brekke mengatakan keberhasilan penerbangan ini akan membuka "kemungkinan baru bagi logistik di Troll," seraya menambahkan bahwa penggunaan pesawat besar dan modern juga akan mencapai manfaat lingkungan dengan mengurangi kebutuhan akan perjalanan yang lebih sering. melalui pesawat yang lebih kecil.
“Hal ini dapat membantu mengurangi total emisi dan dampak lingkungan di Antartika,” katanya.
Menurut kapten Hi-Fly A340 Carlos Mirpuri, kondisi cuaca buruk dan landasan pacu yang memantulkan cahaya di Antartika menciptakan tantangan dan risiko tambahan, yang berarti kondisi cerah dan angin sepoi-sepoi harus ada agar dapat mendarat dengan aman di landasan pendaratan gletser yang terjal.
“Juga tidak ada panduan kemiringan luncuran secara visual, dan perpaduan antara landasan pacu dengan medan di sekitarnya dan gurun putih (White Desert) yang luas di sekitarnya, membuat penilaian ketinggian menjadi sulit,” katanya, seraya mencatat perencanaan dan persiapan pra-penerbangan yang ekstensif diperlukan.