5 Penyebab Utama Terjadinya Kebocoran Data, Segera Antisipasi

Ilustrasi kebocoran data.
Sumber :
  • Pixabay/blickpixel

VIVA Tekno – Kebocoran data peserta pemilih yang baru saja terjadi di Komisi Pemilihan Umum atau KPU menambah banyaknya kasus serupa di Indonesia.

Menurut Ketua KPU Hasyim Asy’ari, data pemilih tidak hanya dimiliki oleh KPU, namun juga dimiliki oleh Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dan partai politik peserta pemilu 2024.

"Tim KPU dan Gugus Tugas (BSSN, Cybercrime Polri, BIN, dan Kemenkominfo) sedang bekerja menelusuri kebenaran dugaan sebagaimana pemberitaan tersebut (kebocoran data)," kata dia di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Berdasarkan laporan, kasus kebocoran data di Indonesia melonjak 143 persen pada kuartal II 2022. Ada 1,04 juta akun pengguna Indonesia yang mengalami kebocoran data selama periode tersebut.

Adapun, secara global, sebanyak 2,3 miliar akun telah dibobol sejak awal 2020. Berlakunya UU Nomor 27 Tahun 2022 kini menjamin perlindungan terhadap data pribadi setiap individu di Indonesia.

Peretas atau hacker berhasil membobol data pribadi.

Photo :
  • BankInfoSecurity

Selain itu, UU ini juga mendorong setiap lembaga atau perusahaan yang mengelola data pribadi untuk lebih bertanggung jawab dalam memastikan keamanan dan kerahasiaan data tersebut.

Apabila ada pelanggaran yang dilakukan, maka sanksi yang diberikan akan memberikan efek jera dan memungkinkan korban mendapatkan kompensasi yang layak.

"Perlindungan data pribadi menjadi sebuah kebutuhan yang sangat penting bagi setiap perusahaan maupun entitas di era digital ini. Sesuai aturan UU Perlindungan Data Pribadi, melanggar kebijakan perlindungan data pribadi dapat berakibat serius seperti hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan, potensi kerugian finansial, serta pelanggaran hukum yang dapat menimbulkan sanksi berat," ujar Direktur Utama PT Equnix Business Solutions Julyanto Sutandang di Jakarta, Kamis, 30 November 2023.

Penyebab kebocoran data

KPU Dibobol Hacker

Photo :
  • Istimewa

Ia juga menyebutkan, kebocoran data bisa terjadi melalui sumber internal maupun eksternal. Setidaknya ada lima sumber utama penyebab kebocoran data: 

    1. Akses dari aplikasi. Aplikasi yang tidak aman atau rentan terhadap serangan dapat menjadi celah bagi peretas untuk mengakses data secara tidak sah. Jika aplikasi tidak memiliki tindakan keamanan yang memadai, peretas dapat memanfaatkannya untuk mendapatkan akses ke data sensitif. (Tata Kelola)
{Risk: SQL Injection, Access hijacking, etc}

    2. Superuser Akses. Salah satu Privileged akses yang secara umum sudah ada pada sebuah sistem adalah Superuser, di mana memiliki hak istimewa, dan dapat mengakses sistem lebih leluasa daripada user biasa. Superuser juga dapat diberikan kepada individu atau pengguna tertentu untuk mengakses data atau sistem. Jika hak istimewa ini tidak dikelola dengan baik atau dilembagakan, maka ada risiko penyalahgunaan atau eksploitasi yang dapat menyebabkan kebocoran data. (Tata Kelola, Tata laksana)

    3. Akses dari Datacenter. Data center adalah pusat penyimpanan data yang penting bagi organisasi. Namun, jika tidak ada implementasi keamanan dan prosedur yang cukup mumpuni, maka dapat membuka peluang bagi peretas untuk masuk dan mencuri data dengan cara tertentu termasuk social engineering. Kurangnya kontrol akses fisik atau keamanan di sekitar data center dapat mempermudah akses yang tidak sah. (tata Kelola, Tata laksana)

Duit KPU Langkat Rp150 Juta untuk Pilkada Dirampok, Polda Sumut Ringkus 2 Pelaku

    4. Pengaturan Akses. Data dikelola oleh banyak pihak, dari developer aplikasi, tim support dan operasi, tim DBA, dan masih banyak lagi. umumnya, Masing-masing tim akan memiliki akses datanya masing-masing dan setiap personal dari tim yang mengakses memiliki potensi fraud yang dapat menyebabkan kebocoran data. Integritas personal maupun integritas perusahaan outsource dipertaruhkan dalam hal ini.

    5. Unencrypted data. Enkripsi adalah proses pengubahan data menjadi format yang tidak dapat dibaca melalui operasi matematis dan acak, menggunakan kunci yang sama untuk enkripsi dan dekripsi. Dengan adanya enkripsi data yang baik dan menggunakan manajemen kunci yang terstandarisasi, maka kebocoran data bilamana terjadi dari keempat faktor diatas dapat dicegah karena data yang diambil tidak dapat dibuka. Data yang tidak dienkripsi dengan baik, maka akan menjadi peluang yang memudahkan proses pembacaan data yang dicuri.

Ketua KPU Sebut Rekapitulasi Pilgub 2024 Sudah 98,72 Persen

Beda dengan Said Abdullah, Aditya Pilih Legowo Didiskualifikasi di Pilkada Banjarbaru
Ketua KPU RI Mochamad Afifuddin di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu, 4 Desember 2024

KPU: Idealnya Kepala Daerah Dilantik Setelah 13 Maret 2025

KPU Sebut Idealnya Kepala Daerah Dilantik Setelah 13 Maret 2025

img_title
VIVA.co.id
20 Desember 2024