Ribuan Ilmuwan Bilang Bumi Mau Kiamat
- Crosswalk
VIVA Tekno – Para ilmuwan kembali memperingatkan soal dampak buruk yang terjadi karena perubahan iklim di Bumi. Mereka mengatakan iklim di Bumi berubah dengan cepat dan dapat mengakibatkan bencana global yang sangat besar pada akhir abad ini.
Dilansir dari Futurism, Selasa, 14 November 2023, sebuah makalah baru diterbitkan dalam jurnal BioScience dan telah ditandatangani bersama oleh lebih dari 15 ribu ilmuwan di 161 negara.
Belasan ribu ilmuwan tersebut memperingatkan bahwa kehidupan di Bumi sedang terancam dan bergerak makin cepat menuju kiamat.
"Selama beberapa dekade, para ilmuwan secara konsisten memperingatkan masa depan yang ditandai dengan kondisi iklim ekstrem karena meningkatnya suhu global yang disebabkan oleh aktivitas manusia yang melepaskan gas rumah kaca berbahaya ke atmosfer," tulis makalah tersebut
"Sayang, waktunya sudah habis," imbuh penelitian tersebut.
Dalam sebuah pernyataan, peneliti pascadoktoral Oregon State University (OSU) dan salah satu penulis utama studi Christopher Wolf menyampaikan makalah tersebut sambil mengungkap strategi mitigasi yang besar.
"Kita sedang menuju potensi runtuhnya sistem alam dan sosial-ekonomi dan dunia dengan panas yang tak tertahankan dan kekurangan sumber daya alam, makanan dan air bersih," kata Wolf.
Dalam studi tersebut, postdoc OSU dan 11 rekan penulis lainnya memasukkan banyak poin data mengejutkan yang menunjukkan bahwa pada tahun 2023, banyak rekor iklim dipecahkan dengan margin yang sangat besar.
Para penulis menunjuk secara khusus seperti musim kebakaran hutan Kanada yang sangat aktif tahun ini. Peneliti mengatakan bahwa kejadian ini menunjukkan titik kritis menuju rezim kebakaran baru, yang bisa dibilang merupakan salah satu kalimat akademis paling menakutkan yang pernah ditulis.
Seperti banyak ilmuwan sebelumnya, 12 penulis studi dan ribuan penandatanganan studi tersebut tidak hanya menunjuk pada industri bahan bakar fosil yang sangat berpolusi. Tetapi juga perwakilan pemerintah yang disubsidi mereka sebagai salah satu akar penyebab efek bola salju iklim ini.
Menurut makalah tersebut, antara tahun 2021 dan 2022, subsidi bahan bakar fosil meningkat dua kali lipat dari US$531 miliar menjadi lebih dari US$1 triliun. Perlu dicatat bahwa jumlah tersebut hanya terjadi di Amerika Serikat, belum negara yang lain.
Peneliti mengatakan, beralih dari bahan bakar fosil, serta memerangi konsumsi berlebihan oleh orang-orang kaya adalah hal yang harus dilakukan. Dua hal pertama itu perlu dilakukan untuk mencegah bencana lebih lanjut sebelum abad ke-21 berakhir pada 2100 mendatang atau 77 tahun lagi.