Al Quran dan Sains Ungkap Gunung Bergerak Seperti Awan, Benarkah?
- pixabay.com
VIVA Digital – Al-Quran adalah kitab suci dalam agama Islam yang diyakini oleh umat Muslim sebagai wahyu Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Kitab ini tidak hanya mengandung ajaran agama, moralitas, dan etika, tetapi juga mengandung banyak petunjuk tentang alam semesta dan fenomena alam.Â
Salah satu topik menarik yang sering dibahas adalah pernyataan dalam Al-Quran tentang gunung yang bergerak seperti awan. Mari kita jelajahi lebih dalam mengenai perspektif ini dari sudut pandang agama Islam dan sains.
Pernyataan dalam Al-Quran
Dalam Surah An-Naml (Surah ke-27), ayat 88, Al-Quran menyatakan: "Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
Ayat ini sering diinterpretasikan oleh umat Islam sebagai menggambarkan gunung yang bergerak saat Allah mengirim hukuman kepada kaum yang durhaka.
Perspektif Sains
Dari perspektif sains, gunung adalah formasi geologi yang berada dalam skala waktu yang sangat panjang dan stabil. Mereka tidak dapat bergerak seperti awan yang ringan dan mengambang. Karena itu, pernyataan tentang gunung yang bergerak seperti awan dalam Al-Quran sering dianggap sebagai metafora atau simbolis, bukan pernyataan harfiah.
Bukti geologi dan geofisika menunjukkan bahwa gunung terbentuk melalui proses-proses geologi yang sangat lambat dan melibatkan pergeseran lempeng benua, tumbukan lempeng, dan aktivitas tektonik lainnya. Ini adalah proses yang memakan waktu ribuan hingga jutaan tahun. Dalam skala waktu manusia, gunung dianggap sebagai sesuatu yang statis dan tidak bergerak.
Pentingnya Tafsir
Dalam Islam, tafsir adalah proses interpretasi dan penjelasan terhadap isi Al-Quran. Para ulama dan cendekiawan agama Islam telah memberikan berbagai tafsir terhadap ayat-ayat Al-Quran, termasuk ayat tentang gunung yang bergerak seperti awan.Â
Mereka sering menginterpretasikannya sebagai gambaran tentang kekuatan dan keajaiban Allah, bukan sebagai pernyataan ilmiah yang harus diambil secara harfiah.