Hati-hati Kemunculan Deepfake Jelang Pemilu 2024, Tarif hingga Rp300 Jutaan

Teknologi deepfake.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA Tekno – Indonesia akan kembali menggelar pemilihan umum atau pemilu 2024. Di tengah kampanye dan aktivitas yang menyertai penerapan demokrasi ini terdapat kekhawatiran masyarakat Indonesia yang semakin besar terhadap konten palsu yang dibuat melalui teknologi deepfake.

Khawatirkan Kecanggihan AI untuk Script Film, Dian Sastrowardoyo: Kalau Ada ChatGPT, Buat Apa Nominasi FFI?

Deepfake mengacu pada teknologi yang membuat salinan gambar, video, dan suara yang meyakinkan melalui pemanfaatan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).

Ini adalah metode lanjutan yang menggunakan algoritma pembelajaran mesin berlapis untuk secara progresif mengekstraksi fitur tingkat tinggi dari masukan mentah. Teknologi tersebut mampu belajar dari data tidak terstruktur – seperti wajah manusia.

AI Membawa Dampak Negatif bagi Bumi

Ada kekhawatiran bahwa deepfake – teknik manipulasi konten video dan suara yang mengandalkan AI – akan digunakan untuk mempengaruhi situasi dan opini publik menjelang pemilu 2024.

Tantangan Penggunaan Kecerdasan Buatan di Dunia Pendidikan

Direktur CiSSRec Pratama Persadha dan Head of Government Affair Genie Sugene Gan.

Photo :
  • VIVA/Muhammad Naufal

Perusahaan keamanan siber Kaspersky mengungkapkan ada permintaan yang signifikan terhadap deepfake. Dalam beberapa kasus, terdapat kemungkinan permintaan deepfake dari individu terhadap target tertentu seperti selebritas maupun tokoh politik.

Harga atau tarif per menit video deepfake dapat berkisar antara US$300 (Rp4,7 juta) hingga US$20.000 (Rp313,6 juta).

Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk waspada terhadap konten berbahaya yang mungkin ditemui secara online pada pemilu 2024.

Penelitian analisis web gelap ini dibantu oleh layanan Kaspersky Digital Footprint Intelligence, yang melakukan analisis otomatis dan manual terhadap web permukaan (surface web), web dalam (deep web), dan web gelap (dark web), ditambah pengetahuan dan wawasan para ahli kami terkait teknik dan motif para penjahat siber.

Menurut Head of Government Affairs and Public Policy Kaspersky for Asia-Pacific, Japan, Middle East, Turkey and Africa Regions, Genie Sugene Gan, penjahat siber menggunakan teknologi seperti deepfake untuk melakukan penipuan finansial, manipulasi politik, balas dendam, disinformasi, hingga pelecehan.

Kaspersky.

Photo :
  • Kaspersky

Teknologi ini tidak berbahaya, namun ketika berada di tangan penipu, deepfake bisa menjadi alat kejahatan. Ia mengimbau kepada seluruh pemangku kepentingan untuk bekerja sama dalam membangun kesadaran dan kewaspadaan terhadap teknologi deepfake serta kemungkinan eksploitasinya.

"Ancaman digital berupa SMS, email phishing, video palsu, dan juga situs berbahaya harus diantisipasi pada pemilu 2024 di Indonesia. Kami bersedia memberikan keahlian kepada pemerintah dalam menetapkan standar dan protokol untuk memastikan pemilu yang aman bagi masyarakat," kata dia di Jakarta, Senin, 9 Oktober 2023.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya