AS, Rusia, China, India dan Eropa Rebutan Kutub Selatan

Ilustrasi astronot yang sedang bercocok tanam di Bulan.
Sumber :
  • Getty Images

VIVA Tekno – Antara 1969 hingga 1972, Amerika Serikat (AS) mendaratkan 12 astronot di Bulan sebagai bagian dari program Apollo, yang dibentuk untuk mengalahkan Uni Soviet ke Bulan di tengah panasnya Perang Dingin.

Ambisi Malaysia Kejar Peringkat Timnas Indonesia di Ranking FIFA

Kini, lebih dari 50 tahun setelah manusia pertama mendarat, minat untuk mengunjungi tetangga angkasa kita kembali meningkat. 

Namun, kali ini, negara-negara penjelajah antariksa mengincar Kutub Selatan Bulan, yang telah menjadi hotspot untuk eksplorasi ruang angkasa jangka pendek dan jangka panjang, mengutip dari laman Live Science, Rabu, 20 September 2023.

Perbandingan Harga Skuad Grup C Babak 3 Kualifikasi Piala Dunia 2026, Timnas Indonesia Salip China

Mengapa fokus pada wilayah tersebut? Karena di sana, para ilmuwan berpendapat sudah tak terhitung banyaknya wilayah yang gelap secara permanen, berpotensi menampung banyak cadangan air beku yang dapat ditambang untuk mendukung kehidupan dan bahan bakar roket.

Namun ini hanyalah spekulasi, tidak ada yang tahu apakah ada banyak air di sana, menurut Martin Barstow, seorang profesor astrofisika dan ilmu luar angkasa di Universitas Leicester di Inggris, "Dan itulah mengapa penting untuk memeriksanya," tambahnya.

Komparasi Mobil Listrik Wuling Cloud EV vs BYD Dolphin, Pilih Mana?

Pesawat luar angkasa India, Chandrayaan-3.

Photo :
  • ISRO

Baru-baru ini banyak negara yang mencoba melakukan hal tersebut. Pesawat luar angkasa Luna 25 milik Rusia berusaha mendarat di dekat kutub selatan pada 19 Agustus, tetapi jatuh setelah komunikasi yang tidak menentu menyusul manuver orbit sehingga menciptakan kawah selebar 33 kaki (10 meter) di wilayah Tenggara Bulan.

Keberhasilan yang jarang terjadi dalam upaya pendaratan terjadi pada 23 Agustus, ketika India menjadi negara pertama yang mendarat di dekat Kutub Selatan Bulan dengan misi Chandrayaan-3. Di sana, duo robot pendarat-penjelajah negara tersebut menghabiskan satu hari menjelajahi wilayah terdekat.

Para penjelajah bertenaga surya tersebut mengkonfirmasi keberadaan belerang, bahan pembangun infrastruktur yang dapat menjadi kunci bagi kamp-kamp di masa depan, mengukur suhu bulan dengan memasukkan probe ke dalam tanah untuk pertama kalinya dan kemungkinan besar mendeteksi gempa di satelit alami Bumi itu.

Pada tahun 2026, Tiongkok berencana mengirim pesawat ruang angkasa Chang'e-7 dalam upaya ambisius ke Kutub Selatan Bulan. Menurut rencana misi, pesawat ruang angkasa tersebut akan terdiri dari pengorbit, pendarat, penjelajah, dan wahana terbang kecil yang akan memburu es air di daerah yang gelap.

Akhir dekade ini, program bulan Artemis NASA (Badan Penerbangan dan Antariksa) bertujuan untuk mendaratkan awak di dekat Kutub Selatan untuk misi selama seminggu, dengan penjelajah Australia mendukung salah satu misi tersebut.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya