AS Nyolot ke China dan Rusia soal Seks

Boneka seks/sex doll bernama Karina.
Sumber :

VIVA Tekno - Kemajuan kecerdasan buatan (AI) akan mengubah banyak aspek kehidupan modern. Baik di tempat kerja atau di rumah, komputer yang supercharged dan intuitif akan memainkan peran integral dalam aktivitas kita sehari-hari.

Hadiri China Economic and Social Forum 2024, Ketum GP Ansor Addin Tekankan Pentingnya Inovasi

Seorang terapis mengatakan ketakutannya terhadap pasien yang terlalu bergantung pada konselor yang didukung AI. Ditakutkan mereka akan menjadi terlalu terikat pada kepercayaan virtualnya.

Masalah yang sama juga terjadi pada mereka yang berspesialisasi dalam seksualitas, khususnya orang-orang yang jatuh cinta pada robot. Seiring dengan kemajuan teknologi AI, pengalaman interaksi dengan chatbot yang terlihat nyata juga akan meningkat.

Anindya Bakrie Sambut Langsung Kedatangan Presiden Prabowo di China

Pakar seksualitas Kaamna Bhojwani telah menyelidiki kemajuan AI dan teknologi serta bagaimana hal itu dapat mengubah hubungan serta keintiman. Mungkin akan ada orang yang menunjukkan kasih sayang atau keinginan terhadap bot AI.

"Pertanyaannya adalah, siapa yang mengendalikan mesin itu. Bukan bermaksud politis dalam hal ini, tapi jika itu adalah China, jika itu adalah Rusia, bagaimana kita tahu implikasinya? Ketika menyangkut sesuatu seperti seksualitas, hubungan, dan keintiman, kita berbicara tentang kelompok inti yang sangat rentan," katanya.

Unkris Gandeng Universitas Moskow, Gelar Kelas Pembelajaran Bahasa Rusia

Jadi, jika ingin menjalin hubungan dengan mesin dan tidak tahu siapa yang mengendalikan mesin itu, Bhojwani akan sangat berhati-hati.

Binaragawan Kazakhstan resmi menikah dengan boneka seks

Photo :
  • Thesun

Dia menunjukkan adanya peningkatan penggunaan perangkat pintar seperti Amazon Alexa atau Google Nest, mengutip dari situs The Sun, Selasa, 19 September 2023.

“Kami membiarkan perangkat ini masuk ke dalam rumah kami, kami biasanya bebas berada di sekitar perangkat tersebut, namun kami tidak memiliki hubungan dekat dengan perangkat tersebut,” tambahnya.

Dia sendiri tidak ingin mendukung teori konspirasi karena yakin bahwa kita harus berintegrasi dengan semua teknologi ini.

"Tetapi jika Anda membiarkan mesin masuk ke dalam ruang yang sangat rentan, yaitu hubungan Anda, emosi Anda, keintiman Anda, berhati-hatilah dengan dari mana hal itu berasal," lanjutnya.

Ada banyak potensi keuntungan bagi orang-orang yang menggunakan AI, dan tidak hanya untuk mengisi kekosongan dalam hidup, seperti mendidik masyarakat tentang seksualitas, terutama di negara-negara di mana diskusi semacam itu tidak bisa dilakukan.

Ada juga potensi pelanggaran etis yang harus dinavigasi, seperti prospek yang mengkhawatirkan tentang seseorang yang melakukan pelecehan seksual terhadap kehadiran robot atau AI dan tindakan apa yang dapat diambil.

“Kami masih di kursi pengemudi. Kita tidak memerlukan perang yang membuat orang takut akan datangnya robot. Kita memerlukan integrasi. Perbedaannya akan nyata ketika mesin-mesin ini mempunyai kesadaran," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya