Akankah Matahari Menjadi Lubang Hitam?

Bumi dan Matahari yang dilihat dari luar angkasa.
Sumber :
  • Getty Images

VIVA Tekno – Dalam waktu sekitar 5 miliar tahun, Matahari akan mencapai akhir masa pakai bahan bakar nuklirnya dan tidak lagi mampu menopang dirinya sendiri melawan gravitasi.

Penggunaan Rudal Barat oleh Ukraina Bisa Picu Rusia Gunakan Senjata Nuklir

Lapisan luar bintang kita akan menyebar (mungkin dalam prosesnya menghancurkan Bumi), sementara intinya akan runtuh menjadi sangat padat, meninggalkan sisa-sisa bintang.

Jika keruntuhan gravitasi inti bintang selesai, sisa bintang akan menjadi lubang hitam, suatu wilayah ruang dan waktu dengan pengaruh gravitasi yang begitu besar sehingga cahaya pun tidak dapat lepas dari cengkeramannya.

Perang Memasuki 1.000 Hari: Ukraina Tembakkan Rudal AS, Rusia Ancam Siap Pakai Nuklir

Jadi, apakah Matahari akan menjadi lubang hitam ketika mati? Jawaban singkatnya 'tidak' karena raksasa itu tidak memiliki kemampuan untuk menjadi lubang hitam.

"Sederhana saja, Matahari tidak cukup berat untuk menjadi black hole,” kata Xavier Calmet, pakar lubang hitam dan profesor fisika di Universitas Sussex di Inggris.

Putin Tandatangani Revisi Doktrin Nuklir Rusia, Tak Lagi sebagai “Upaya Terakhir”

Menurut laman Live Science, Kamis, 7 September 2023, beberapa kondisi akan mempengaruhi apakah sebuah bintang dapat menjadi lubang hitam – termasuk komposisinya, rotasinya, dan proses yang mengatur evolusinya – tetapi persyaratan utamanya adalah jumlah massa yang tepat.

“Bintang dengan massa awal lebih besar dari 20 hingga 25 kali massa Matahari kita berpotensi mengalami keruntuhan gravitasi yang diperlukan untuk membentuk lubang hitam,” kata Calmet.

Ilustrasi lubang hitam atau black hole.

Photo :
  • ESA

Ambang batas ini dikenal sebagai batas Tolman-Oppenheimer-Volkoff, pertama kali dihitung oleh J. Robert Oppenheimer dan rekannya.

Saat ini para ilmuwan berpendapat bahwa bintang yang sekarat harus meninggalkan intinya yang berukuran sekitar dua hingga tiga kali massa Matahari untuk menciptakan lubang hitam.

Ketika sebuah bintang kehabisan bahan bakar nuklir di intinya, fusi nuklir hidrogen menjadi helium masih terjadi di lapisan terluarnya.

Jadi, saat inti bintang runtuh, lapisan terluarnya mengembang dan memasuki apa yang dikenal sebagai fase raksasa merah. Ketika Matahari menjadi raksasa merah dalam waktu sekitar 6 miliar tahun – satu miliar tahun setelah kehabisan hidrogen di intinya – bintang tersebut akan meluas hingga mengelilingi orbit Mars, menelan planet-planet bagian dalam, termasuk Bumi.

Lapisan luar raksasa merah akan mendingin seiring waktu dan menyebar membentuk nebula planet di sekitar inti Matahari yang membara.

Bintang masif yang menciptakan lubang hitam mengalami beberapa periode keruntuhan dan perluasan, serta kehilangan lebih banyak massa setiap saat. Hal ini karena pada tekanan dan suhu yang tinggi, bintang-bintang dapat memadukan unsur-unsur yang lebih berat.

Lalu kemudian berlanjut hingga inti bintang terbuat dari besi, unsur terberat yang dapat dihasilkan sebuah bintang. Bintang kemudian meledak menjadi supernova, membuatnya kehilangan lebih banyak massa.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya