Melawan Hacker dengan AI
- vstory
VIVA Tekno – Tahun lalu, Asia Pasifik (APAC) kekurangan 2,1 juta profesional keamanan siber. Pakar Kaspersky mendalami bagaimana tim keamanan siber dapat memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk meningkatkan pertahanan saat ini terhadap ancaman yang berkembang pesat di wilayah tersebut.
Saurabh Sharma, Peneliti Keamanan Senior untuk Tim Riset dan Analisis Global (GReAT) Asia Pasifik di Kaspersky, mengungkapkan apabila penjahat siber dapat memanfaatkan kekuatan AI, tim keamanan siber juga dapat memanfaatkan teknologi ini untuk kebaikan.
"Kebutuhan mendesak ini dapat mendorong tim keamanan TI untuk mempertimbangkan penggunaan mesin pintar dalam meningkatkan pertahanan siber organisasi dan AI dapat membantu di bidang-bidang utama seperti intelijen ancaman, respon insiden, dan analisis ancaman,” kata Sharma dalam rilis resmi, Senin, 4 September 2023.
Algoritma AI dapat digunakan untuk dengan cepat mengakses dan menganalisis penelitian yang diterbitkan sebelumnya beserta taktik, teknik, dan prosedur (TTP) yang telah dilihat sebelumnya, yang mengarah pada pengembangan hipotesis perburuan ancaman.
Pakar Kaspersky juga mengungkapkan bahwa dari segi respon insiden dunia maya, AI dapat menyarankan anomali dalam kumpulan log yang disediakan, memahami log peristiwa keamanan, menghasilkan tampilan log peristiwa keamanan tertentu, dan merekomendasikan langkah-langkah untuk mencari implan awal seperti shell web.
Dalam hal analisis ancaman, teknologi seperti ChatGPT dapat membantu untuk mengidentifikasi komponen penting dalam kode malware, melakukan deobfuscate skrip berbahaya, dan membuat server web tiruan dengan skema enkripsi tertentu.
Namun Sharma menyoroti keterbatasan AI dalam membangun dan memelihara pertahanan siber. Ia mengingatkan perusahaan dan organisasi di Asia Pasifik untuk fokus pada penambahan tim dan alur kerja yang ada.
Selain itu smua interaksi dengan AI generatif harus dicatat, tersedia untuk ditinjau, dan dipertahankan selama masa pakai produk yang diterapkan di perusahaan
“Jika dimanfaatkan secara efektif, teknologi ini juga dapat mengurangi kebutuhan keterampilan bagi analis keamanan. Namun organisasi harus ingat bahwa mesin pintar dapat menambah dan melengkapi bakat manusia, namun tidak menggantikannya,” tambahnya.