Harga Paket Internet di Indonesia Termurah, Operator Untung atau Buntung?

Director and Chief Regulatory Officer Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) Danny Buldansyah.
Sumber :
  • Misrohatun Hasanah

VIVA Tekno – Indonesia masuk dalam 10 terbawah harga internet termurah. Meski sekilas terlihat menguntungkan di sisi konsumen, harga internet yang cenderung murah ini bisa mempengaruhi kualitas.

Realme C75, Harga Rp2 Jutaan tapi Bisa Komunikasi Tanpa Internet

"Harga di Indonesia ini 10 terbawah, termurah. Dari sisi kualitas, internet kita nomor 140-150. Artinya, barangkali karena harganya kemurahan, kualitasnya tidak terjamin, itu bisa jadi bahan pertimbangan," ujar Director and Chief Business Officer Indosat Ooredoo Hutchison Muhammad Buldansyah, di Jakarta, Kamis, 24 Agustus 2023.

Oleh sebab itu dia meminta agar pengguna internet bijaksana dalam menggunakan kuota data seluler.

Jenderal Polisi Jadi Penjaga Internet Indonesia, Siap Bersih-bersih Sampah Digital

Dia juga melihat pengguna memilih paket kuota internet berdasarkan besaran GB (giga byte) yang tinggi, oleh karena itu penggunaannya menjadi tidak sesuai dengan kebutuhan, misalnya dihabiskan untuk nonton YouTube atau streaming.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Sarwoto Atmosutarno membenarkan bahwa negara kita termasuk yang memiliki paket internet termurah.

Registrasi Ulang Kartu SIM Pakai Data Biometrik untuk Cegah Judi Online

Ketua Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Sarwoto Atmosutarno.

Photo :
  • VIVA/Misrohatun Hasanah

"Termasuk murah, per GBkita termurah. Jadi kita ini itungan tarifnya sudah per GB, bukan lagi per menit, per SMS, gak laku lagi itu, udah terlalu murah," imbuhnya.

Meski begitu dia mendengar operator seluler menyebut bahwa itu masih affordable atau terjangkau. Tapi ke depannya jika sudah banyak aplikasi yang digunakan konsumen, industri yang akan menilai apakah jadi lebih murah atau lebih mahal.

"Hari ini selama ARPU-nya (average revenue per unit) masih tumbuh, sama dengan PDB (produk domestik bruto) aja, sektor ini kan sekitar 7 persen. Nah itu tumbuh 4-5 persen," menurutnya.

Jika masih ada pertumbuhan, maka operator lebih aman. Jadi jika sudah tidak ada pertumbuhan, maka industri akan komplain dan kemudian tidak bisa dilanjutkan.

Sehingga nantinya akan ada predator di mana yang terbesar akan menghantam yang terkecil dan yang bawah sekali tidak akan lagi mampu bertahan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya