Ilmuwan AS Temukan Bola Alien di Papua Nugini
- Avi Loeb
VIVA Tekno – Seorang ilmuwan asal Amerika Serikat (AS) yang juga pemburu makhluk luar angkasa terkemuka berpikir bahwa lebih dari 50 bola logam kecil yang ditarik dari Samudra Pasifik mungkin merupakan karya alien yang cerdas.
Selama hampir satu dekade, ratusan bola magnet kecil yang ditumpahkan oleh 'pengunjung luar angkasa' jatuh di bawah Samudera Pasifik. Sekarang peninggalan alien itu telah dikeruk saat ekspedisi ilmiah.
Pada 2014, bola api berkobar melintasi langit di atas Papua Nugini menumpahkan puing-puing saat melintas. Sensor pemerintah AS mendeteksi kecepatannya lebih dari 110.000 mph (177.000 km/jam) dan Pusat Studi Objek Dekat Bumi (CNEOS) NASA mendeteksi kejatuhannya.
Meteorit itu jatuh ke laut sekitar 53 mil (85 kilometer) lepas pantai. Avi Loeb, seorang ahli astrofisika dari Universitas Harvard, AS sedang dalam pencarian untuk menemukannya.
Berdasarkan kecepatan dan lintasannya yang ekstrem saat masuk ke atmosfer Bumi, Loeb meyakini objek yang dijulukinya Interstellar Meteor 1 (IM1) itu merupakan peninggalan dari sistem bintang lain.
Ia juga berpikir jika itu mungkin berpotensi menyimpan 'technosignatures' alien -jejak teknologi yang dibuat oleh entitas bukan manusia, mengutip dari situs Live Science, Selasa, 11 Juli 2023.
Ini bukan pertama kalinya Loeb berhipotesis bahwa tata surya kita telah dikunjungi oleh teknologi alien. Lima tahun lalu, dirinya dan sesama peneliti Harvard, Shmuel Bialy, mengusulkan bahwa objek antarbintang yang aneh 'Oumuamua, yang meluncur melalui tata surya kita pada akhir 2017 adalah wahana alien otonom.
Makalah mereka tentang objek tersebut menarik banyak perhatian media, serta penolakan sekaligus pujian dari komunitas ilmiah yang lebih besar. Bialy juga baru-baru ini ikut menulis makalah yang mempertanyakan silsilah antarbintang IM1.
Klaim bahwa meteor tersebut berasal dari luar tata surya kita didasarkan pada kecepatannya yang tidak masuk akal saat memasuki atmosfer Bumi.
"Namun, pada kecepatan yang lebih tinggi, sensor pemerintah AS cenderung melebih-lebihkan kecepatan," katanya. Kecepatan yang lebih rendah juga akan menjelaskan profil kecerahan objek yang tidak biasa, tidak sesuai dengan apa yang diharapkan untuk meteor metalik yang bergerak dengan kecepatan lebih dari 100.000 mph (160.000 km/jam).
Tentu saja, ini tidak berarti meteorit tersebut tidak berasal dari sistem bintang lain. Sampai saat ini belum ada konfirmasi dampak meteorit antarbintang di Bumi, meskipun dua ilmuwan AS itu telah menghabiskan 20 tahun untuk mencarinya.
Adapun kemungkinan bahwa ini adalah bukti teknologi luar angkasa karena sebagian besar komunitas ilmiah skeptis. "Itu akan menjadi hasil yang sangat keren. Tapi saya tidak melihat bukti apa pun yang akan mendukung Anda ke hipotesis ekstrem seperti itu," jelas Loeb.