Peneliti Harvard Yakin Alien Ada di Papua Nugini
- Express
Amerika Serikat – Setelah menghabiskan bertahun-tahun mempelajari langit malam untuk tanda-tanda kehidupan di luar bumi, astrofisikawan Universitas Harvard, Avi Loeb, yakin telah menemukan bukti keberadaan alien di dasar Samudra Pasifik.
Loeb baru saja menyelesaikan ekspedisi senilai US$1,5 juta untuk mencari tanda-tanda meteor misterius bernama IM1 yang jatuh di lepas pantai Papua Nugini pada 2014 dan diyakini berasal dari ruang antarbintang.
Pria berusia 61 tahun itu mengatakan bahwa dia mengawasi tim penjelajah laut dalam yang menemukan 50 spherules kecil atau tetesan cair, menggunakan kereta luncur magnet yang dijatuhkan dari kapal ekspedisi Silver Star 2 km di bawah permukaan laut.
Ia percaya benda-benda kecil, berukuran sekitar setengah milimeter, kemungkinan besar terbuat dari paduan baja-titanium yang jauh lebih kuat daripada besi yang ditemukan di meteor biasa.
Pengujian lebih lanjut sekarang diperlukan, tetapi Loeb yakin mereka berasal dari antarbintang atau telah dibuat oleh peradaban luar angkasa yang maju, dikutip VIVA Digital dari situs The Independent, Rabu, 5 Juli 2023.
Loeb memimpin departemen astronomi Harvard dari 2011 hingga 2020 dan sekarang memimpin Proyek Galileo, mendirikan observatorium sumber terbuka di seluruh dunia untuk mencari tanda-tanda UFO dan objek antarbintang.
Ia juga sudah lama menimbulkan kontroversi karena keyakinannya yang kuat bahwa alien telah mengunjungi, dan bahkan, tinggal di Bumi.
Dalam bukunya yang laris pada 2021 berjudul 'Extraterrestrial: The First Sign of Intelligent Life Beyond Earth', Loeb berargumen bahwa 'Oumuamua, batu antariksa berbentuk pancake seukuran lapangan sepak bola yang terlihat oleh para ilmuwan selama 11 hari pada 2017, merupakan teknologi antarbintang yang dibangun alien.
Pencariannya dimulai pada 2019, ketika IM1 menarik perhatian tim risetnya saat mereka menyisir katalog meteor sumber terbuka NASA untuk menemukan batuan luar angkasa tidak beraturan yang terdeteksi di sekitar Bumi.
IM1 menonjol karena kecepatannya yang tinggi —bergerak lebih cepat dari 95 persen bintang terdekat— dan fakta bahwa itu meledak jauh lebih rendah di atmosfer Bumi daripada kebanyakan meteor.
"Objek itu lebih keras dari semua batuan luar angkasa lainnya yang tercatat dalam katalog NASA yang sama, itu adalah kekuatan material yang berbeda," kata Loeb.
Ia bersama rekannya di Harvard, Amir Siraj, menghitung dengan keyakinan 99,999 persen bahwa IM1 telah melakukan perjalanan ke Bumi dari bintang lain.
Makalah dari duet ilmuwan ini awalnya ditolak untuk dipublikasikan dalam jurnal akademik, dan terhalang untuk mendapatkan akses ke data rahasia pemerintah AS tentang IM1.
Kemudian, pada April 2022, Angkatan Luar Angkasa AS (US Space Force) menulis kepada NASA yang mengatakan bahwa kepala ilmuwan dari Komando Operasi Luar Angkasa AS telah mengkonfirmasi kecepatan IM1 'cukup akurat' untuk menunjukkan bahwa itu berasal dari ruang antarbintang.