Mengenal Barus, Titik Nol Persebaran Islam di Nusantara

Titik nol persebaran Islam di Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.
Sumber :
  • Twitter: @KemensetnegRI

VIVA Tekno – Masuknya Islam ke wilayah Nusantara sudah terjadi sejak abad ke-7 Masehi. Meski demikian, proses Islamisasi besar-besaran di Nusantara baru terjadi pada abad ke-14 sampai 15 Masehi.

Pengakuan Cristiano Ronaldo Ingin Masuk Islam

Namun, ada satu daerah yang dipercaya sebagai titik awal persebaran Islam, yaitu Kota Barus – titik nol persebaran Islam di Nusantara dikuatkan dengan diresmikannya Tugu Titik Nol Peradaban Islam Nusantara pada 2017 oleh Presiden Jokowi.

Kota Barus berada di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Barus merupakan kecamatan di kabupaten tersebut, dengan ibu kotanya berada di Kelurahan Padang Masiang.

MUI Sentil Gus Miftah: Islam Menyuruh Kita Saling Menghormati

Posisi Barus sebagai titik nol persebaran Islam diperkuat dengan komoditas utama kota ini, yaitu kapur barus dan kemenyan, yang mana keduanya membuat Barus menjadi salah satu tujuan perdagangan para pedagang asing.

Barus sebagai titik awal persebaran Islam di wilayah Nusantara juga dikuatkan dengan adanya Makam Mahligai. Kompleks Makam Mahligai ini berada di Desa Aek Dakka, Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.

Investasi Hijau, Untung Berkah? Panduan Keuangan Islam untuk Masa Depan yang Lebih Baik

Komplek Makam Papan Tinggi di Barus, Sumatera Utara.

Photo :
  • Wikipedia

Salah satu nisan dalam kompleks makam ini berangka tahun 48 Hijriah atau 661 Masehi. Dalam Kompleks Makam Mahligai terdapat beberapa makam ulama, seperti Syekh Rukuddin, Syekh Zainal Abidin Ilyah Syamsudin, dan Imam Khatib Muddah.

Selain Makam Mahligai, di Kecamatan Barus juga terdapat kompleks makam tua lain yang dikenal dengan Kompleks Makam Papan Tinggi. Kompleks Makam Papan Tinggi berada di Desa Panaggahan, Barus Utara, Kabupaten Tapanuli Tengah.

Keberadaan Kompleks Makam Mahligai Barus dan Makam Papan Tinggi itulah yang membuat Barus sering disebut 'Kota Para Aulia 44'. Kendati ditetapkan sebagai titik nol peradaban Islam di Nusantara, namun di Barus terdapat banyak etnis.

Mulai dari Batak Toba, Angkola, Mandailing, Melayu, hingga Minangkabau. Percampuran budaya dapat dilihat dari bahasa yang digunakan masyarakat, yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Batak, Melayu, hingga Bahasa Minang.

Komplek Makam Mahligai di Barus, Sumatera Utara.

Photo :
  • Antara/Septianda Perdana

Barus menjadi tujuan rombongan Jam’iyah Batak Muslim Indonesia (JBMI) dan Pengurus DPP PPP untuk ziarah sekaligus diskusi kebudayaan bersama masyarakat lokal. Ketua Umum DPP JBMI, H Arif Rahmansyah Marbun, mengaku senang ada partai Islam yang mengangkat sejarah peradaban Islam, khususnya Barus, kota kuno yang menjadi titik nol persebaran Islam di Nusantara.

"Kami akan selalu konsisten melakukan penggalian dan penelitian khazanah peradaban Islam yang saling terhubung di Nusantara. Tujuannya agar bisa mewujudkan generasi yang beradab dan memiliki nilai-nilai luhur, sesuai dengan apa yang telah dibangun dan dicita-citakan oleh para pendahulu kita," kata Arif, melalui keterangan resminya, Jumat, 30 Juni 2023.

Ziarah dan diskusi kebudayaan ini juga dihadiri oleh Sekretaris Jenderal PPP, M. Arwani Thomafi, Faisal Alfansury Simanjuntak, selaku Ketua Harian DPP JBMI, Iqbal P Simangungsong, Ketua DPW JBMI Sumut, Alfan Surya Hutagalung, sebagai Ketua DPC JBMI Tapteng, dan Rizwan Gajah, Ketua DPC JBMI Pak-Pak Barat.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya