NASA Lagi Cari Cara Cegah Kiamat
- Getty Images
Jakarta – Penelitian baru yang tengah dilakukan NASA kini mungkin menjadi kunci untuk mencegah kemungkinan badai Matahari yang bisa menyebabkan kiamat internet di Bumi, menurut laporan The Weather Channel, dikutip VIVA Digital.
Terlebih, NASA juga baru-baru ini mengumumkan sistem baru yang melatih kecerdasan buatan (AI) untuk membantu memprediksi peristiwa ekstrem semacam itu.
Sangeetha Abdu Jyothi, pakar ilmu komputer di University of California, Irvine, mengemukakan dalam sebuah studi tahun 2021 bahwa ada kemungkinan 1,6 persen hingga 12 persen dari gangguan kiamat internet yang akan berlangsung selama berbulan-bulan, yang dapat terjadi dalam beberapa dekade berikutnya.
Studi itu memperkirakan pemadaman internet berskala besar yang berpotensi merugikan ekonomi AS US$7 miliar per hari.
Tetapi, para ahli di NASA telah melaporkan bahwa Parker Solar Probe telah menemukan petunjuk baru yang signifikan yang membantu mereka memahami asal-usul angin Matahari, yang menjadi sumber dari masalah kiamat internet itu.
Angin matahari, pada kecepatan tinggi memiliki kekuatan untuk mendatangkan malapetaka pada satelit Bumi dan dapat memutuskan komunikasi radio, internet, dan jaringan listrik di Bumi.
Menurut NASA, Parker, yang diluncurkan pada 2018, menjadi pesawat luar angkasa pertama yang menyentuh Matahari dan memasuki atmosfer atasnya, korona.
Tujuannya adalah untuk membantu para ilmuwan meneliti bagaimana angin matahari mencapai kecepatan supersonik dan berdampak pada sistem cuaca luar angkasa yang lebih besar.
“Memahami mekanisme di balik angin matahari penting untuk alasan praktis di Bumi,” kata James Drake, profesor fisika di University of Maryland. Itu akan memengaruhi kemampuan kita untuk memahami bagaimana Matahari melepaskan energi dan mendorong badai geomagnetik, yang merupakan ancaman bagi jaringan komunikasi kita”.
Sejak peluncurkan Parker, para ilmuwan telah mengetahui bahwa angin matahari, yang terbuat dari aliran partikel bermuatan, didorong oleh semburan energi yang menyembur dari korona, juga dikenal sebagai jetlet.
"Ini mengubah paradigma tentang bagaimana kita berpikir tentang aspek tertentu dari angin Matahari," kata fisikawan Craig DeForest dalam laporan NASA, dilansir VIVA Tekno.
Penelitian ini, bersama dengan lebih banyak data yang dikumpulkan oleh Parker, dapat menghasilkan terobosan ilmiah di masa depan.
"Kami belum selesai dengan teka-tekinya, tapi ini adalah langkah maju yang besar untuk memahami misteri utama fisika Matahari," tambah DeForest. Di atas gejolak besar, para ilmuwan juga harus memperhitungkan siklus matahari per 11 tahun.
Pada siklus maksimum, yang diperkirakan akan terjadi pada 2025, aktivitas elektromagnetik di matahari mencapai puncaknya, membawa lebih banyak risiko gangguan terhadap kehidupan di Bumi.
Untuk membantu menilai bahaya, NASA baru-baru ini membuat model komputer baru yang menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk meramalkan kondisi ekstrem.
Teknologi baru ini dapat memprediksi di mana badai Matahari akan menyerang Bumi dengan waktu peringatan 30 menit, kata para ahli.
Jika diadopsi oleh operator jaringan listrik dan perusahaan telekomunikasi di seluruh dunia, para ahli dapat menggunakannya untuk melindungi sistem mereka dengan memindahkannya secara offline atau mematikan sementara.
"Ini dapat memberikan cukup waktu untuk mempersiapkan badai ini dan mencegah dampak parah pada jaringan listrik dan infrastruktur penting lainnya," kata situs NASA.