Fosil Nenek Moyang Australia Ditemukan di Benua Lain, Kok Bisa?
- dailymail.co.uk
VIVA Tekno – Di sebuah gua di Laos, tim peneliti menemukan fosil nenek moyang penduduk Australia. Usia fosil tersebut diperkirakan melampaui 86.000 tahun.
Dilansir dari Science Alert, Senin, 19 Juni 2023, Gua tempat fosil ditemukan diberi nama gua Tam Pa Ling yang berarti Gua Monyet. Di gua ini, sudah banyak fosil ditemukan termasuk dua fosil rahang yang diperkirakan berusia antara 76.000 hingga 46.000 tahun.
Hanya saja, teknik pengukuran usia kedua fosil tersebut tidak lengkap karena batasan aktivitas yang diperbolehkan oleh pemerintah Laos.
Di penelitian terbaru, tim periset diizinkan menggali jauh lebih dalam dari sebelumnya. Mereka menemukan fosil tengkorak dan tulang kaki manusia. Tim yang dipimpin oleh Sarah Freidline, antropolog biologi dari University of Central Florida, menggunakan teknik terkini untuk mengukur usia fosil.
Estimasi tim menempatkan dua fosil tersebut berusia 86.000 hingga 68.000 tahun. Perkiraan ini didapat dari karakter tiap lapis sedimen tanah yang mengubur tanda kehidupan manusia.
Peneliti juga mengukur usia dua fosil yang ditemukan. Fosil tengkorak, yang diteliti dengan fokus pada gigi geraham, diperkirakan berusia 73.000 tahun hingga 65.000 tahun. Adapun, fosil tulang kering diperkirakan berusia 77.000 tahun.
Menurut Science Alert, fosil di Gua Monyet sangat menarik karena lokasinya yang berjarak 300 kilometer dari laut. Penemuan ini berarti jalur migrasi nenek moyang manusia dari Afrika melewati Asia menuju Australia berbeda dari yang dipercaya sebelumya.
Selama ini, manusia purba dipercaya bermigrasi dari Afrika menyusuri pantai benua dan berlayar dari pulau ke pulau. Fosil di Gua Monyet menunjukkan bahwa nenek moyang manusia juga menerabas hutan belantara dan lembah sungai.
"Tam Pa Ling memainkan peran kunci dalam cerita migrasi manusia modern melewati Asia, tetapi signifikansi dan nilainya baru kini diakui," kata Fabrice Demeter, salah satu anggota tim penelitian dari University of Copenhagen.
Bukti genetik menunjukkan bahwa fosil di Gua Monyet bukan berasal dari makhluk purba menyerupai manusia seperti Denisovans yang sisa-sisa fosilnya banyak ditemukan di wilayah Laos dan sekitarnya.
Tengkorak fosil di Gua Monyet, yang lebih ramping dari tengkorak manusia purba, lebih menyerupai fosil Homo sapiens yang ditemukan di Jepang dan Vietnam.
Tim peneliti menyatakan, fosil tulang tengkorak di Laos menjadi tanda bahwa ada gelombang migrasi manusia dari Afrika melalui Asia Tenggara, yang "lebih awal dan berakhir dengan kegagalan."
Menurut laporan, penemuan di Gua Monyet menandai bahwa migrasi Homo sapiens meninggalkan Afrika terjadi dalam beberapa gelombang, kemudian melintas berbagai daerah di seluruh Asia Tenggara sampai akhirnya menyeberangi laut menuju Australia.
Dalam perjalanan mereka, beberapa kelompok sedikit demi sedikit punah sedangkan kelompok lainnya sukses bertahan hidup dan menjadi nenek moyang penduduk asli Australia, yang kemudian membentuk budaya aborigin.
Penduduk aborigin di Australia dikenal sebagai kelompok budaya yang bertahan paling lama dan terus menerus tanpa putus di Bumi, sejak sampai di area gurun Australia 65.000 tahun yang lalu, sampai sekarang.