Penampakan Wajah Nenek Moyang yang Pernah Hidup di Flores NTT

Rekonstruksi wajah 3D 'Hobbit' yang ditemukan di Flores.
Sumber :
  • Cicero Moraes

VIVA Tekno – Wajah 'Hobbit' di kehidupan nyata dapat dilihat untuk pertama kalinya sejak Zaman Batu setelah para ilmuwan dapat merekonstruksi kemiripannya.

Bisa Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi, Pengembangan PLTP Ulumbu Unit 5-6 Didorong Beroperasi Tepat Waktu

Homo floresiensis –spesies manusia punah yang dijuluki Hobbit– ditemukan pada tahun 2003, ketika kerangkanya ditemukan di sebuah gua di pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Kini dilengkapi dengan model digital tengkorak, tim multinasional telah membangun kembali wajah kerangka menggunakan data yang diambil dari manusia modern dan simpanse.

Kisah Warga di Desa Banuan NTT, Tempuh 5 Jam Jalan Kaki Demi Dapat Air Bersih

Pakar grafis Brasil Cicero Moraes, yang ikut menulis studi baru tersebut, menjelaskan beberapa perbedaan antara spesies dan manusia saat ini, menurut laman Express, Senin, 12 Juni 2023.

"Secara kasar, mereka mungkin memiliki hidung yang kurang menonjol daripada pria modern, daerah mulut sedikit lebih menonjol daripada kita, dan volume otak secara signifikan lebih kecil. Mereka juga jauh lebih pendek," imbuhnya.

Keren, Ajang Lari Ini Kumpulkan Rp3,2 Miliar untuk Penyediaan Air Bersih di Pelosok Indonesia

Moraes mengatakan, ketika tengkorak itu dipresentasikan ke publik pada 2004, film Lord of the Rings sukses besar. Karena tinggi Homo floresiensis diperkirakan mencapai 1,06 meter, julukan Hobbit sangat cocok.

Tengkorak Homo floresiensis.

Photo :
  • Cicero Moraes

Saat membangun kembali wajah manusia dari tengkorak, para ilmuwan biasanya menggunakan data dari orang yang masih hidup untuk memandu seberapa tebal jaringan di tempat tertentu. Tetapi merekonstruksi wajah spesies manusia yang telah punah berarti diperlukan pendekatan baru.

“Dalam pekerjaan ini, kami tidak menggunakan pendekatan tersebut karena penanda tersebut didasarkan pada data manusia dan bukan pada individu yang termasuk dalam kelompok Homo floresiensis," kata Cicero.

Jadi, yang peneliti lakukan adalah mengambil dua CT scan, satu dari manusia, yang lain dari simpanse. Kemudian mereka mengubah bentuk keduanya untuk menyesuaikannya dengan struktur tengkorak Homo floresiensis, dan menginterpolasi data untuk mendapatkan gambaran seperti apa wajahnya.

Ini adalah pertama kalinya wajah Hobbit dibangun kembali menggunakan data dari manusia dan simpanse. Rekonstruksi sebelumnya dari 2015 hanya menggunakan yang terakhir. Hasilnya adalah wajah yang lebih manusiawi dalam aspeknya.

"Hasilnya cukup memuaskan, karena memperlihatkan wajah yang diberkahi dengan unsur-unsur yang mengingatkan kita pada manusia modern dan nenek moyang evolusioner," ujarnya. 

Setelah ditemukan, Homo floresiensis diperkirakan berusia di bawah 20.000 tahun, namun kerangka tersebut sekarang diyakini berusia 60.000 tahun.

Cicero dan rekan-rekannya, arkeolog Italia Luca dan Alessandro Bezzi, akan menerbitkan studi mereka di jurnal grafik komputer 3D OrtogOnLineMag.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya