Beralih dari Fosil ke Bioetanol
- Ken Research
VIVA Tekno – Transisi energi bukan hanya sekadar menurunkan emisi karbon, tapi juga turut mewujudkan kemandirian energi dari sumber daya alam (SDA) yang ada di Indonesia.
Seperti diketahui, pemerintah ingin mengurangi ketergantungan minyak berbahan baku fosil. Salah satunya bahan bakar minyak (BBM) yang ingin dikonversi ke bioetanol.
Bioetanol merupakan bahan bakar yang diklaim ramah lingkungan karena menggunakan campuran Pertamax (RON 95) dan 5 persen etanol yang berasal dari molase tebu hasil produksi PT Energi Agro Nusantara (Enero).
Penggunaan bioetanol di Indonesia sudah dicanangkan sejak 2015. Pemerintahan Presiden Joko Widodo, melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), telah menerbitkan Peraturan Menteri (Permen) ESDM No 12 Tahun 2015.
Di dalamnya tertera aturan terkait penggunaan Bioetanol E5 pada 2020. Bioetanol E5 yang dimaksud yaitu formulasi 95 persen bensin Pertamax dan 5 persen etanol. Kemudian meningkat menjadi E20 (80 persen bensin dan 20 persen etanol) pada 2025.
Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) Mohammad Abdul Ghani menyampaikan komitmennya untuk terus mengembangkan energi terbarukan berbasis bahan baku ramah lingkungan.
"Ini merupakan salah satu wujud nyata implementasi Environment, Social, and Governance (ESG)," kata dia, melalui keterangan resminya, Minggu, 11 Juni 2023.
Sebagai informasi, Enero merupakan anak usaha PTPN Group bersama PT Pertamina Patra Niaga, Ditjen EBTKE Kementrian ESDM, dan Balai Besar Pengujian Migas (Lemigas) melepas rombongan road test uji coba bensin etanol di Surabaya, Jawa Timur.
Pengujian dilakukan menggunakan kendaraan Toyota Kijang Innova Reborn matic in line 16 Valve DOHC dual VVT-i (137 Ps @5600RPM) dengan menempuh jarak harian 500 km/hari. Pada kesempatan yang sama, Presiden Jokowi juga menyaksikan penandatanganan kerja sama antara Holding PTPN III (Persero) dan PT Pertamina (Persero) tentang penggunaan bioetanol pada Juni 2023.