Perasaan Cinta pada Manusia Berasal dari Nenek Moyang Kera

Ilustrasi percintaan.
Sumber :
  • U-Report

VIVA Tekno Cinta mungkin merupakan ciri khas manusia. Tapi sebuah teori baru menyatakan bahwa romansa mungkin telah berevolusi dari bromance antara kera kuno. 

5 Tanda Pasanganmu Bukan Jodoh yang Tepat untuk Masa Depanmu

Menurut antropolog Aaron Sandel dari University of Texas di Austin, hubungan romantis manusia menyerupai persahabatan dekat yang dibentuk oleh simpanse jantan, menunjukkan bahwa kemampuan untuk mengembangkan ikatan emosional yang erat mungkin muncul pada nenek moyang yang sama dari kedua spesies tersebut.

Sebelumnya, para ilmuwan telah mencari akar evolusi cinta manusia pada hewan monogami lainnya. Namun, menurut Sandel, manusia pada dasarnya tidak monogami dan kemitraan kita lebih akurat dicirikan sebagai pasangan yang dalam daripada kesetiaan.

Apa Itu Throning? Istilah Baru Gen Z di 2024

Garis penelitian lain mengandaikan bahwa kemampuan untuk membentuk hubungan romantis berevolusi dari ikatan ibu-bayi yang ada pada banyak mamalia, menurut situs IFL Science, Jumat, 9 Juni 2023.

Namun, seperti yang ditunjukkan Sandel, perilaku yang terlibat dalam ikatan pasangan dan ikatan ibu-bayi berbeda, termasuk aspek perawatan, timbal balik, dan perilaku seksual.

Diaz Adriani dan Ustadz Subki Bahas Harmoni Pernikahan dalam Dunia Bisnis

Peneliti mencatat bahwa simpanse tidak membentuk ikatan berpasangan dengan pasangannya. Namun, persahabatan intim yang muncul di antara simpanse jantan memiliki banyak karakteristik yang sama dengan romansa manusia.

"Bagian dari teka-teki evolusi adalah bahwa kerabat terdekat kita, kera besar, termasuk simpanse dan bonobo, tidak membentuk ikatan abadi dengan pasangannya," jelas peneliti dalam sebuah pernyataan.

Simpanse.

Photo :
  • 426505

Jadi ahli antropologi biologi berasumsi bahwa apa pun yang menyebabkan ikatan berpasangan pada manusia pasti ada hubungannya dengan sifat unik manusia lainnya, seperti berjalan tegak, atau memiliki bayi dengan otak besar, berburu, atau membuat api.

Dalam analisisnya, Sandel menjelaskan bahwa -seperti manusia- simpanse menunjukkan pengurangan stres saat bersama sahabat mereka, bahkan mungkin cemburu saat pejantan lain berinteraksi dengan teman terdekat mereka. 

"Hal ini meningkatkan kemungkinan bahwa cinta romantis pada manusia berawal dari persahabatan sesama jenis kera," katanya.

Inti dari teori ini berpusat pada pertanyaan apakah persahabatan simpanse benar-benar dapat diklasifikasikan sebagai ikatan pasangan dengan cara yang sama seperti romansa manusia. 

Mengamati bagaimana teman simpanse mengembangkan panggilan bersama dan tetap berteman baik selama bertahun-tahun, Sandel menyimpulkan bahwa pemeriksaan yang cermat terhadap hubungan sosial pria-pria pada simpanse mengungkapkan bahwa mereka sebenarnya adalah ikatan pasangan.

"Saya berhipotesis bahwa ikatan pasangan manusia bergantung pada arsitektur fisiologis dan saraf yang sudah ada pada nenek moyang kera untuk ikatan sosial, terutama ikatan sosial sesama jenis,” tulisnya.

Pada saat yang sama, Sandel mengakui bahwa hanya manusia yang menunjukkan ikatan berpasangan dengan pasangan reproduksinya, menunjukkan bahwa hubungan semacam itu berkembang dalam garis keturunan manusia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya