Banyak yang Tak Percaya, Apakah Perubahan Iklim Benar Terjadi?

Ilustrasi perubahan iklim.
Sumber :
  • Unsplash

VIVA Tekno – Menurut perkiraan ilmiah saat ini, usia Bumi adalah sekitar 4,54 miliar tahun. Angka ini didasarkan pada berbagai metode penanggalan radiometrik yang digunakan untuk mengukur usia batuan, mineral, dan fosil di Bumi.

AI Membawa Dampak Negatif bagi Bumi

Namun, Bumi berubah secara signifikan. Salah satunya adalah karena perubahan iklim yang signifikan yang tengah terjadi di seluruh dunia.

Konsensus ilmiah yang luas menunjukkan bahwa aktivitas manusia, terutama pembakaran bahan bakar fosil dan penebangan hutan yang berlebihan, telah menyebabkan peningkatan emisi gas rumah kaca di atmosfer.

Drama Iklim Dunia yang Belum Tuntas

Gas rumah kaca ini, seperti karbon dioksida (CO2), menyebabkan peningkatan efek rumah kaca dan pemanasan global.

Organisasi ilmiah yang terkemuka seperti Panel Antar Pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) telah mengumpulkan bukti-bukti ini dan mengeluarkan laporan secara teratur yang menyimpulkan bahwa perubahan iklim adalah suatu kenyataan.

Di Hadapan Sekjen PBB, Prabowo Tegaskan Komitmen Indonesia terhadap Energi Terbarukan

Ilustrasi danau yang mengering.

Photo :
  • Al Jazeera

Perubahan iklim memiliki dampak yang signifikan terhadap manusia dan lingkungan. Dampaknya meliputi kenaikan suhu ekstrem, penurunan produksi pangan, perubahan dalam pola penyakit, migrasi manusia, kerusakan ekosistem, dan ancaman terhadap keanekaragaman hayati.

Oleh karena itu, penting bagi masyarakat global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mengambil tindakan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan iklim yang sudah ada.

Namun, mengapa banyak yang tak percaya adanya perubahan iklim?

Meski ilmuan tengah gencar meyuarakan adanya perubahan iklim Bumi dan banyak aktivis yang melek, tak sedikit pula yang skeptis dan tak percaya dengan perubahan iklim.

Terdapat beberapa faktor yang dapat menjelaskan mengapa beberapa orang tidak percaya atau meragukan adanya perubahan iklim.

Pertama, karena banyaknya informasi yang salah atau disinformasi yang tersebar di media sosial atau platform online lainnya.

Kadang-kadang, informasi yang tidak benar atau data yang salah dipresentasikan dengan cara yang meyakinkan, mengaburkan pemahaman tentang perubahan iklim.

Beberapa individu atau kelompok memiliki kepentingan ekonomi atau politik yang terkait dengan industri atau sektor yang dapat terpengaruh oleh tindakan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

Kemungkinan banyak pihak yang menentang atau meragukan perubahan iklim karena khawatir tentang dampak ekonomi atau kepentingan mereka sendiri.

Selain itu, karena perubahan iklim termasuk topik yang kompleks dan teknis. Kurangnya pemahaman atau kurangnya akses terhadap informasi yang akurat tentang perubahan iklim dapat menyebabkan ketidakpercayaan atau keraguan terhadap fenomena tersebut.

Beberapa orang juga memiliki pendekatan skeptis terhadap klaim ilmiah secara umum. Mereka mungkin meragukan metode ilmiah yang digunakan dalam penelitian perubahan iklim atau percaya bahwa ada banyak ketidakpastian dalam pemodelan iklim.

Ditambah lagi dengan beberapa pandangan tentang perubahan iklim yang dipengaruhi oleh keyakinan politik atau ideologi tertentu.

Misalnya, pandangan skeptis terhadap perubahan iklim dapat dikaitkan dengan pandangan yang lebih skeptis terhadap peran pemerintah atau pengaturan internasional.

Perlu diingat bahwa meskipun ada pendapat yang berbeda mengenai perubahan iklim, konsensus ilmiah yang luas menunjukkan bahwa perubahan iklim adalah suatu kenyataan dan disebabkan oleh aktivitas manusia.

Banyak organisasi ilmiah terkemuka di dunia, seperti IPCC, telah menyimpulkan hal yang sama berdasarkan bukti-bukti yang ada. 

Ada beberapa bukti nyata yang menunjukkan adanya perubahan iklim di seluruh dunia. Berikut ini beberapa contoh utama:

Ilustrasi perubahan iklim.

Photo :
  • Unsplash

1. Peningkatan suhu global: Data dari berbagai lembaga ilmiah menunjukkan peningkatan suhu rata-rata global selama beberapa dekade terakhir. Setahun-setahun baru-baru ini, seperti 2016, 2019, dan 2020, menjadi tahun-tahun terpanas yang tercatat sejak dimulainya pemantauan suhu.

2. Pemanasan lautan: Lautan menyerap sebagian besar panas yang dihasilkan oleh peningkatan gas rumah kaca di atmosfer. Peningkatan suhu permukaan laut telah terjadi di seluruh dunia, yang berkontribusi pada perubahan ekosistem laut, termasuk pemanasan dan pemutihan terumbu karang.

Bahkan baru-baru ini, ilmuwan mengungkapkan bahwa hampir setengah danau di Bumi telah mengering. Sebuah tim peneliti internasional melaporkan bahwa beberapa sumber air tawar paling penting di dunia, dari Laut Kaspia antara Eropa dan Asia hingga Danau Titicaca di Amerika Selatan, kehilangan air dengan laju kumulatif sekitar 22 gigaton per tahun selama hampir tiga dekade.

Itu sekitar 17 kali volume reservoir terbesar di Amerika Serikat, Danau Mead.

Studi yang diterbitkan dalam Science Journal menemukan penggunaan manusia yang tidak berkelanjutan mengeringkan danau, seperti Laut Aral di Asia Tengah dan Laut Mati di Timur Tengah, sementara danau di Afghanistan, Mesir, dan Mongolia dilanda kenaikan suhu, yang dapat meningkatkan air.

3. Pencairan es di kutub: Penurunan luas dan ketebalan es laut di Arktik terus terjadi. Selain itu, Greenland dan gletser di berbagai bagian dunia telah mengalami penurunan signifikan dalam volume es. Ini berdampak pada kenaikan permukaan laut dan perubahan ekosistem di daerah kutub.

4. Peningkatan level laut: Kenaikan suhu global menyebabkan pelelehan es di daratan dan pemanjangan air laut yang mengakibatkan kenaikan level laut. Hal ini berdampak pada pulau-pulau kecil, wilayah pesisir, dan populasi manusia yang tinggal di daerah tersebut.

5. Perubahan pola cuaca ekstrem: Perubahan iklim menyebabkan peningkatan kejadian cuaca ekstrem seperti banjir, kekeringan, badai yang lebih kuat, dan gelombang panas yang lebih sering terjadi. Fenomena cuaca yang ekstrem ini dapat berdampak serius pada pertanian, infrastruktur, dan kesehatan manusia.

6. Perubahan ekosistem: Perubahan iklim mempengaruhi ekosistem di seluruh dunia. Misalnya, pola migrasi hewan dan burung dapat terganggu, dan perubahan suhu dan curah hujan dapat mempengaruhi ketersediaan sumber daya alam seperti air bersih dan pangan.

7. Pergeseran pola penyakit: Perubahan iklim juga dapat mempengaruhi penyebaran penyakit menular. Misalnya, peningkatan suhu dapat memperluas daerah penyebaran nyamuk yang membawa penyakit seperti demam berdarah dan malaria.

Perubahan iklim terasa di kutub.

Photo :
  • U-Report

Bukti-bukti ini didasarkan pada pengamatan langsung dan data yang dikumpulkan oleh berbagai lembaga ilmiah di seluruh dunia. Komunitas ilmiah yang luas, termasuk Panel Antar Pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), telah mengumpulkan dan menganalisis bukti-bukti ini untuk memahami dampak perubahan iklim.

Penting juga untuk dicatat bahwa perubahan iklim adalah subjek penelitian yang terus berkembang, dan ilmu pengetahuan terus memperbarui pemahaman kita tentang fenomena ini. Namun, mayoritas komunitas ilmiah sepakat bahwa perubahan iklim sedang terjadi dan membutuhkan perhatian serius dari masyarakat, pemerintah, dan lembaga internasional.

Planet Bumi.

Bumi Ternyata Miring

Bumi telah miring 31,5 inci (0,089 meter) akibat pemompaan air tanah.

img_title
VIVA.co.id
27 November 2024