Sikap Manusia Sebelum Datangnya Hari Kiamat

Ilustrasi kiamat.
Sumber :
  • U-Report

VIVA Tekno – Mempelajari akhir dunia menjadi hal yang cukup sulit juga bagaimana umat manusia akan bereaksi sebelum hari kiamat. Jika mencobanya saat dunia belum berakhir, Anda mungkin tidak akan mendapatkan kesan yang akurat, mengingat dunia belum benar-benar berakhir. 

5 Game Terlaris Sepanjang Masa, Gak Nyangka Ini Peringkat Satunya

Satu tim mencoba menemukan cara lain untuk mempelajari manusia ketika hari kiamat tiba menggunakan analog permainan komputer. Tim tersebut menggunakan game ArcheAge dunia terbuka, massively multiplayer online role-playing (MMORPG) untuk eksperimen mereka. 

Dalam studi yang berlangsung selama uji beta, pemain dibiarkan bermain seperti biasa, menyelesaikan misi, menjelajah, naik level, dan menimbun peralatan sesuai keinginan. Namun, pada akhir 11 minggu, pemain mengetahui bahwa server akan dihapus dan semua kemajuan serta karakter mereka hilang.

Kiamat Digital Mengintai, Ransomware Super Canggih bikin Data Perusahaan jadi Sampah

"Dan dengan demikian, hasil (atau penalti) dari perilaku pemain dalam game dalam beberapa hari terakhir kehilangan maknanya," tulis tim dalam makalah pracetak non-peer review mereka. 

Tim percaya bahwa penghapusan dunia memberikan proksi yang baik untuk akhir dunia nyata, tidak memberikan konsekuensi apa pun kepada pemain atas tindakan mereka, menurut laman IFL Science pada Rabu, 24 Mei 2023.

Eksplorasi Berbagai Kemungkinan Sosok Manusia dalam Figure A

Mereka percaya itu akan membantu menjawab pertanyaan kuno tentang apakah manusia akan meninggalkan cita-cita moral saat hari kiamat mendekat.

Tim menganalisis lebih dari 270 juta catatan perilaku pemain dalam game, seperti data naik level dan log pencarian, untuk melihat apakah perilaku pemain berubah saat mereka tahu 'dunia' akan berakhir.

Permainan itu secara mengejutkan tetap damai, kecuali beberapa orang asing yang memilih untuk melakukan pembunuhan besar-besaran.

Ilustrasi kiamat.

Photo :
  • Crosswalk

"Temuan kami menunjukkan bahwa tidak ada perubahan perilaku yang jelas, tetapi beberapa outlier lebih cenderung menunjukkan perilaku anti-sosial (misalnya, membunuh pemain)," tulis tim tersebut.

Tim juga menemukan perilaku pemain bertentangan dengan pepatah, 'even if I knew the world would go to pieces tomorrow, I would still plant my apple tree', di mana mereka mengabaikan perkembangan karakter, menunjukkan penurunan drastis dalam penyelesaian misi, leveling, dan kemampuan perubahan pada akhir uji beta.

Intinya, ketika dunia akan berakhir, Anda mungkin tidak akan menghabiskan banyak waktu untuk pengembangan diri (misalnya joging). Tim menulis bahwa orang-orang yang bertahan hingga akhir permainan cenderung menjadi yang paling damai, mungkin paling setia pada permainan.

Sedangkan orang-orang yang meninggalkan permainan lebih awal atas kemauannya sendiri, yang oleh tim disebut 'churners', cenderung menunjukkan perilaku paling antisosial seperti membunuh pemain lain, karena mereka kehilangan rasa tanggung jawab dan keterikatan pada permainan.

Secara keseluruhan, meskipun tim menekankan studi ini tentu saja dibatasi oleh fakta bahwa itu terjadi dalam video game, akhir dunia ini cukup damai bahkan positif dengan munculnya perilaku pro-sosial menjelang akhir.

"Sentimen saluran obrolan khusus pengelompokan sosial cenderung 'lebih bahagia' saat mendekati akhir zaman adalah indikasi pertama dari perilaku pro-sosial di mana hubungan sosial yang ada kemungkinan sedang diperkuat," bunyi kesimpulan tim.

Selanjutnya mereka melihat bahwa pemain yang bertahan sampai akhir dunia menunjukkan puncak dalam jumlah kelompok kecil sementara hubungan sosial baru sedang dibentuk.

Studi ini diterbitkan dalam Proceedings of the 26th International Conference on World Wide Web Companion dan versi pracetak melalui arXiv.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya