Prestasi Phieter Angdika di AS Membanggakan

Dubes Indonesia untuk AS Rosan Perkasa Roeslani (kiri) bersama Phieter Angdika.
Sumber :
  • Dok. Istimewa

VIVA Tekno – Data Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah penyandang disabilitas di Indonesia pada 2020 adalah 22,5 juta orang. Sementara Survei Ekonomi Nasional (Susenas) 2020 mencatat ada 28,05 juta penyandang disabilitas.

Elmi Sumarni Ismau dan GARAMIN NTT Sukses Ubah Stigma Negatif terhadap Penyandang DisabilItas

Adapun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut persentase difabel di Indonesia 10 persen dari total penduduk atau sekitar 27,3 juta orang.

Pemerintah diharapkan bisa memberi perhatian lebih kepada para penyandang disabilitas, yang salah satunya, menyediakan akses pendidikan agar mereka lebih percaya diri dan menjadi kebanggaan.

Dari Pengalaman Pribadi, Dikta Sukses Bintangi Film tentang Penderita Asperger

Hal tersebut diungkapkan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat, Rosan Perkasa Roeslani, ketika menghadiri acara kelulusan Program Pascasarjana Universitas Gallaudet di Washington DC. Ia juga ingin kelak Indonesia memiliki universitas khusus penyandang disabilitas seperti Gallaudet.

Keberadaan Rosan di Universitas Gallaudet untuk menyaksikan kelulusan salah satu mahasiswa tunarungu asal Indonesia bernama Phieter Angdika. Ia yang telah menyelesaikan Program S2 Pendidikan Bahasa Isyarat (Master of Sign Language Education/MASLED) sejak 2021.

Dana Bansos PKH Rp2,4 Juta untuk Penyandang Disabilitas, Cek Kriterianya!

Ia merupakan satu dari dua warga Indonesia penerima beasiswa World Deaf Leadership (WDL) 2021 yang disponsori oleh Nippon Foundation (Jepang) dan bekerja sama dengan Universitas Gallaudet.

"Saya sangat senang, bahagia, dan terharu dengan pencapaian Piether. Prestasinya membanggakan. Dia menjadi orang Indonesia pertama yang menyelesaikan program S2 di Universitas Gallaudet," katanya, melalui keterangan resmi, Minggu, 14 Mei 2023.

Rosan juga berkomitmen untuk membantu Phieter Angdika meneruskan program S3 Linguistics di kampus tersebut yang dimulai pada Musim Gugur tahun ini. "Setelah menyelesaikan pendidikannya, Phieter bisa membantu mengembangkan edukasi bagi tuna rungu di Indonesia," tutur dia.

Pria yang merupakan peneliti di Laboratorium Riset Bahasa Isyarat, Fakultas Ilmu Budaya (LRBI-FIB) Universitas Indonesia itu mengungkapkan kesannya selama kuliah di Universitas Gallaudet.

"Senang sekali bisa berkuliah di sini. Banyak hal yang saya dapat. Salah satunya Video Relay Service (VRS), layanan penterjemah bahasa isyarat melalui telepon," ungkap Phieter Angdika, yang juga merupakan Ketua Muslim Student Association Gallaudet University.

Presiden Universitas Gallaudet Roberta Cordano menyampaikan pentingnya dukungan komunitas untuk mencetak generasi muda masa depan.

"Keahlian, keterampilan, dan ilmu pengetahuan yang dimiliki para wisudawan masih sangat jarang di masyarakat. Inilah yang sangat diperlukan untuk kemajuan masa depan," jelasnya.

Universitas Gallaudet merupakan perguruan tinggi swasta ternama di Washington DC yang fokus memberikan edukasi kepada mahasiswa tunarungu dan tunawicara.

Kampus ini sudah berdiri sejak 1864. Sebelum Phieter Angdika, sudah 4 orang Indonesia lainnya yang meraih gelar sarjana (S1) dari universitas yang berlokasi di ibu kota AS.

 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya