Kiamat Berita Palsu di Depan Mata
- U-Report
VIVA Tekno – Peneliti dari NewsGuard telah mengidentifikasi hampir 50 situs web yang diisi oleh alat AI (artificial intelligence/kecerdasan buatan) yang memposting informasi tidak akurat atau bahkan benar-benar palsu (hoax).
Namun, masalah sebenarnya bukanlah pada informasi palsu itu sendiri, tetapi fakta bahwa situs semacam itu menyamar sebagai outlet berita, menggunakan nama umum seperti Daily Business Post dan berpura-pura menjadi pemain terpercaya di pasar media.
Misalnya, situs web kontroversial yang melaporkan 'kematian' selebritas menerbitkan sebuah artikel pada 2 April 2023 yang menyatakan bahwa Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden telah 'meninggal dunia dengan tenang dalam tidurnya.
Dengan begitu, Kamala Harris resmi menggantikan posisi sebagai Presiden AS. Artikel ini telah dihapus karena ketidakakuratannya, tetapi cache teks masih dapat ditemukan.
Sebagian besar situs web semacam itu tidak lebih dari peternakan konten bertenaga AI, menghasilkan teks berkualitas rendah yang diisi dengan kata kunci untuk menarik pendapatan iklan.
Sebagian besar peternakan konten semacam itu menghasilkan keuntungan rendah hingga nol. Namun, sebagian besar dari mereka menjalankan iklan terprogram –yang berarti AI membeli dan menjual ruang untuk iklan secara otomatis– dan ini berarti pemilik situs tersebut memperoleh sumber pendapatan pasif.
Beberapa perusahaan mempraktikkan 'guest posting' yang berarti mereka membayar uang ke peternakan konten semacam itu karena menyebutkan nama untuk meningkatkan peringkat pencarian.
Gordon Crovitz, seorang jurnalis dan pakar Big Tech Amerika terkemuka dilaporkan mengatakan bahwa menggunakan model AI yang dikenal mengarang fakta untuk menghasilkan apa yang terlihat seperti situs web berita adalah penipuan yang menyamar sebagai jurnalisme.
Para peneliti juga prihatin dengan fakta bahwa alat penghasil konten semacam itu hampir gratis, mengutip laman Sputnik Globe, Selasa, 2 Mei 2023.
Noah Giansiracusa, seorang profesor ilmu data dan matematika di Universitas Bentley mengatakan bahwa berita palsu untuk iklan dulunya adalah 'skema bayaran rendah' dan pelaku harus menginvestasikan setidaknya beberapa sumber daya untuk melakukannya.