Sejarah Istilah Pria Hidung Belang, Berawal dari Skandal Seks
- /nl.wikipedia.org
VIVA Tekno – Istilah pria hidung belang tak lepas dari terjadinya skandal seks memalukan sekaligus menghebohkan pernah terjadi di lingkungan kastil kediaman Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Jan Pieterszoon (JP) Coen (1587-1629), di Batavia (Jakarta).
Skandal seks itu melibatkan Sara Specx. Sara merupakan putri Jacques Specx, anggota Dewan Hindia, yang tak lain sahabat JP Coen.
Mengetahui skandal itu, JP Coen marah besar. Meski Sara adalah putri sahabatnya, hukum harus ditegakkan.
“Coen ingin hukum ditegakkan. Ia tidak ingin menjilat ludahnya sendiri,” demikian dikutip dari buku Bukan Tabu Nusantara (2018).
Sara Specx merupakan sosok gadis rupawan. Ibunya merupakan perempuan Jepang yang menjadi gundik Jacques Specx. Sara lahir di Jepang. Ia kemudian dibawa orangtuanya ke Hindia Belanda.
Pada 1627, Jacques menitipkan putrinya kepada JP Coen. Hal ini karena Jacques mendapat panggilan tugas kembali ke Belanda dan ia harus memenuhinya. Jacques pun percaya bahwa sahabatnya itu dapat mengasuh putrinya dengan baik.
Coen pun tidak menolak amanah Jacques.
“Coen mengangguk sambil menatap anak perempuan itu (Sara Specx)”.
Sara kemudian tinggal di kastil tempat JP Coen tinggal.
Sara menjadi staatdochter atau putri negara. JP Coen pun mempekerjakan Sara menjadi salah satu pengiring istrinya, Eva Ment.
Namun, di tengah kesibukannya, Sara ternyata diam-diam menjalin hubungan asmara dengan Piter Jacobszoon Cortenhoeff. Piter merupakan seorang vaandrig atau serdadu bawahan yang biasa menjaga kastil Batavia.
Piter adalah seorang pemuda kelahiran Arakan (Myanmar). Ayahnya seorang koopman atau pedagang Belanda yang menikahi perempuan pribumi. Sara terpesona dengan ketampanan Piter Jacobszoon, yang setiap hari ditemuinya.
Asmara membuat keduanya lupa daratan. Pada suatu malam, keduanya ketahuan sedang memadu kasih di dalam kastil. Kabar skandal seksual itu menyebar luas dengan cepat.
Sebagai seorang puritan, JP Coen memegang erat ajaran calvinis. Skandal seks di kastilnya itu menjadi tamparan baginya. Menurutnya, pelaku pelanggaran seksual harus dihukum berat.
“Karena selama ini ia ingin memberikan teladan yang baik dan berupaya memerangi sifat-sifat buruk hamba kompeni bermoral bejat.”
Hukuman berat pun dijatuhkan pada 6 Juni 1629. Eva Ment dan Dewan Gereja sudah berusaha membujuk JP Coen untuk membatalkan hukuman. Namun, JP Coen tetap pada pendiriannya yakni hukuman tetap harus dijalankan.
Akhirnya, Piter Jacobszoon dihukum pancung. Namun, sebelum dipenggal, wajah tampan Pieter, terutama hidung, dicoreng arang oleh algojo. Ini sebagai tanda pelaku pencabulan.
Saat kepala Pieter yang terputus itu menggelinding di atas tanah, warga menyaksikan bagian hidung mayat yang belang oleh coretan arang. Warga pun menyebut kepala si hidung belang.
Sementara itu, Sara Specx dipaksa menyaksikan kekasihnya dihukum pancung. Selain itu, Sara dicambuk, ditelanjangi, dan sekaligus dipertontonkan di depan masyarakat.
Hukuman berat yang dijatuhkan JP Coen tidak hanya menggemparkan Hindia Belanda, tapi juga Belanda. Bahkan pada 1843 kisah skandal Sara Specx dituangkan dalam sebuah kisah oleh WL Ritter, seorang jurnalis.
Kisah berbahasa Belanda itu diberi judul Sarah Specx, Batavia 1629 yang diterbitkan Tijddschrift voor Nederlands-Indie.