Sains Tidak Percaya Hantu, Cuma Ilusi

Ilustrasi takut hantu.
Sumber :
  • Freepik

VIVA Tekno – Eksperimen menyeramkan yang memunculkan ilusi hantu di laboratorium telah membuktikan bahwa penampakan hanya tipuan dari pikiran kita.

Kehadiran yang tak terlihat dan menyeramkan, yang dilaporkan oleh begitu banyak orang selama berabad-abad hanyalah sekumpulan sinyal yang tercampur aduk di otak.

Sensasi itu diciptakan kembali oleh para peneliti menggunakan robot untuk mengganggu sinyal sensorik di otak sukarelawan yang ditutup matanya.

Dua sukarelawan merasa dikelilingi oleh hantu dan meminta percobaan dihentikan. Keduanya kemudian merasakan ada empat hantu di sana. Padahal tidak ada orang yang berdiri di sana. 

Ilusi tersebut berasal dari penundaan terprogram antara pemrosesan gerakan tubuh oleh otak dan posisi tubuh di ruangan, menurut laman Daily Mail, Selasa, 18 April 2023.

Jajak pendapat terhadap 2.000 orang dewasa dan anak-anak dilakukan oleh Ripley's Believe It or Not! Setiap peserta diminta untuk menilai seberapa kuat mereka percaya pada lima makhluk supernatural atau religius termasuk alien, hantu, UFO, malaikat, dan Tuhan.

Hantu menduduki puncak daftar orang dewasa dengan persentase 55 persen, diikuti alien dengan 51 persen dan UFO 42 persen. Tuhan berada di urutan paling bawah dalam daftar kepercayaan mereka dengan angkasa 25 persen, di belakang malaikat 27 persen.

Anak-anak percaya pada alien dan hantu (64 persen), sedangkan UFO mendapat skor 50 persen diikuti oleh Tuhan dengan 33 persen. Malaikat berada di bawah daftar grup dengan 27 persen.

Mendeteksi Alien Lewat Tenaga Surya

Ilustrasi hantu.

Photo :
  • Pixabay
Sempet Dipenjarakan kartika Putri, Richard Lee: Hina Banget Aku!

Gangguan di otak cukup membuat para relawan percaya bahwa sinyal itu bukan lagi dari tubuh mereka sendiri melainkan dari orang lain.

Temuan itu tampaknya menjelaskan pengalaman umum orang merasakan kehadiran yang tak terlihat, bahkan malaikat pelindung, setan, atau penampakan yang mengintai gerakan mereka.

Demian Aditya dan Sara Wijayanto Siap Hadirkan Festival Horor Terbesar di Indonesia

Ini sering dilaporkan oleh orang-orang dalam situasi fisik atau emosional yang ekstrem, seperti pendaki gunung dan penjelajah, atau mereka yang berduka karena kehilangan orang yang dicintai.

Mereka juga terkait dengan kondisi medis yang memengaruhi otak, termasuk epilepsi, migrain, skizofrenia, dan kanker.

Olaf Blanke, yang memimpin tim di Ecole Polytechnique Federale de Lausanne (EPFL) di Swiss, mengatakan bahwa penelitian tersebut telah menghapus 'hantu' dalam kacamata sains.

"Eksperimen kami menginduksi sensasi kehadiran asing di laboratorium untuk pertama kalinya. Ini menunjukkan bahwa itu dapat muncul dalam kondisi normal, hanya melalui sinyal sensorik-motorik yang saling bertentangan," katanya.

Blanke menjelaskan bahwa sistem robot meniru sensasi beberapa pasien dengan gangguan mental atau orang sehat dalam keadaan ekstrem. Studi menegaskan bahwa itu disebabkan oleh persepsi yang berubah dari tubuh mereka sendiri di otak.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya