Menara Telekomunikasi Itu Berubah Konsep
- VIVAnews/Fernando Randy
VIVA Tekno – Ruang terbuka hijau (RTH) memiliki manfaat yang besar sebagai penyerap polusi, produsen oksigen, juga area tangkapan air yang turut mengatasi ancaman banjir. RTH juga ruang publik untuk warga dari berbagai latar belakang berkumpul gratis sehingga meredakan ketegangan sosial.
Dalam laman informasi jakartasatu.jakarta.go.id, RTH DKI Jakarta sebesar 33,33 juta meter persegi atau 33,33 kilometer persegi. Jumlah itu mencakup 5,18 persen dari luas Jakarta yang mencapai 664,01 kilometer persegi.
Cakupan yang ada tersebar di Jakarta Timur sebanyak 26,2 persen, Jakarta Selatan 24,92 persen, Jakarta Utara 20,87 persen, Jakarta Pusat 12,69 persen, Jakarta Barat 8,64 persen, dan belum diketahui 6,61 persen.
Berdasarkan jumlah obyek, ada 2.307 RTH, 1.710 jalur hijau, 1.335 taman lingkungan, 140 belum diketahui, 133 taman interaktif, 123 hutan kota, 114 pemakaman, 77 taman kota, 18 lapangan olahraga, 17 kebun bibit, dan 10 taman rekreasi.
Nah, RTH juga akan dibangun di Menara Jakarta besutan Agung Sedayu Realestat Indonesia (ASRI), anak usaha Agung Sedayu Group (ASG).
Mantan menara telekomunikasi ini bertransformasi menjadi kawasan mixed use development yang berlokasi di Kemayoran, Jakarta Pusat. Pengembangan kawasan tersebut mencapai Rp7 triliun.
Menurut Kepala Eksekutif Agung Sedayu Realestat Indonesia Alexander Halim Kusuma, ruang terbuka hijau bagian penting untuk meningkatkan kualitas hidup, terutama di area Kemayoran.
Menara Jakarta juga mengusung konsep melting post, di mana tempat tersebut menjadi tempat berkumpulnya para komunitas lokal. Artinya, masyarakat wilayah sekitar tetap membutuhkan tempat bertemu dan bersosialisasi.
"Kami memiliki empat visi perkotaan (urban vision) dalam membangun Menara Jakarta sebagai sentra gaya hidup," kata dia di Jakarta.
Keempat visi tersebut yakni ruang publik yang ikonik, pusat komunitas, tempat transit atau terkoneksi dengan Stasiun LRT Kemayoran, serta katalis untuk pembangunan di kawasan tersebut.
Bukan itu saja. Pemilihan kawasan Kemayoran dianggap paling strategi karena berada di antara Jakarta Utara, Selatan, dan Pusat.
Kemayoran juga dianggap menjadi kawasan yang terus berkembang serta dekat dengan segitiga emas pusat kota Jakarta dan tiga akses tol antara lain Tol Cawang, Tanjung Priok, serta Cakung.
Kawasan mixed use development tersebut terdiri dari enam menara yang terdiri dari empat apartemen, satu perkantoran, dan satu hotel bintang lima yang saling terhubung dengan mal di bagian bawahnya.
"Pembangunan mal dan perkantoran ditargetkan (selesai) akhir tahun 2024. Untuk apartemen sudah handover (serah terima). Kita lakukan secara bertahap," ungkap Alexander Halim Kusuma, menegaskan.
Sebagai informasi, Menara Jakarta digagas oleh Presiden Soeharto pada 1995. Awalnya dibangun sebagai menara telekomunikasi setinggi 558 meter.
Akibat krisis moneter yang melanda Indonesia pada 1997, akhirnya pembangunan menara yang digadang-gadang menjadi tertinggi di Asia kala itu, terhenti.
Pembangunan yang mangrak ini sempat berlanjut pada 2003 hingga 2010, lalu disetop gara-gara kekurangan dana. Barulah, Agung Sedayu Group (ASG) mengambilalih kepemilikan Menara Jakarta pada 2014 dan konsep pun berubah. Dari menara telekomunikasi menjadi mixed use development.