Pendapatan IndiHome Kian Tipis karena Kompetisi
- vivanews/Andry Daud
VIVA Tekno – Sejak akhir tahun lalu, Telkom berencana untuk memindahkan produk IndiHome di bawah Telkomsel. Perusahaan pelat merah ini ternyata memiliki sejumlah alasan yang mendasarinya. Salah satunya untuk menyelamatkan bisnis IndiHome.
Dikatakan bahwa layanan fixed broadband tersebut mengantongi pendapatan Rp28 triliun atau tumbuh 6,4 persen YoY (year on year). IndiHome juga mencatatkan 28 persen dari pendapatan Telkom pada tahun lalu, naik 6,4 persen dibanding 2021.
"Layanan fixed broadband masih tumbuh. Tapi makin ke sini, makin tertekan Telkom sendiri. Makanya efisiensi jadi solusi," kata Vice President Corporate Communications Telkom Andri Herawan Sasoko di Jakarta, Sabtu malam, 8 April 2023.
Ia juga membeberkan sejumlah faktor yang membuat Telkom harus mengadopsi sistem FMC (fixed mobile convergence). Pertama, soal pertumbuhan pendapatan seluler yang dalam tekanan.
Berikutnya adalah harga data seluler yang jadi terendah di dunia, sebelum India. Lalu, penggunaan data internet tumbuh signifikan, tetapi tidak dengan perolehan data.
Keempat semakin banyak perangkat yang terkoneksi wifi, di mana angka smartphone pada Mei 2022 mencapai 92 persen. Lalu, pertumbuhan FBB (fleet broadband) melambat.
Alasan keenam, ARPU IndiHome semakin rendah. Data tahun 2020 menemukan bahwa pendapatan segmen tinggi sudah jenuh, berimbas pada pasar yang beralih pada pendapatan segmen lebih rendah.
Nantinya, industri telekomunikasi yang terintegrasi akan lebih baik daripada operator seluler saja atau hanya layanan fixed broadband . Terakhir adalah perlunya mengatur gabungan teknologi untuk perumahan segmen.
Senada, General Manager External Corporate Communications Telkomsel Aldin Hasyim menyebut bahwa pendapatan IndiHome semakin tipis akibat kompetisi.
"Layanan wifi sudah ada di mana-mana sehingga tampilannya sudah beda, menjadi komoditas sekali. Jadi harus ada strategi lain. Ini ikhtiar kita supaya revenue (pendapatan) yang turun enggak terus ke bawah," paparnya.
Berdasarkan data Telkom, dari sekitar 65 juta rumah tangga di Indonesia, mereka bisa menggaet sebanyak 20-30 juta rumah tangga. Adapun saat ini rumah tangga yang telah terhubung dengan internet baru sekitar 11,2 juta.
Artinya, masih ada peluang sekitar 8 juta pelanggan yang punya kemampuan berlangganan IndiHome. Belum lagi dari 156 juta pelanggan Telkomsel, di mana 20 persen merupakan kategori premium.
Jadi, ada potensi 30 juta pelanggan bisa dijadikan FMC (campuran antara Telkomsel dan IndiHome). Ia pun berharap setiap tahunnya terdapat sekitar 1 juta pelanggan baru pengguna FMC.
"Akan ada potensi cross-selling. Jadi, semisal ada pelanggan yang pakai IndiHome tapi tidak menggunakan Telkomsel, kita bisa tahu dari sistem. Kalau ada 4-5 pengguna seluler non-Telkomsel bisa menawarkan ke mereka ada potensi untuk kita tangkap," jelas Aldin.