Paradoks Stephen Hawking soal Lubang Hitam
- U-Report
VIVA Tekno – Salah satu paradoks fisikawan Stephen Hawking yang paling terkenal akhirnya dapat dipecahkan di mana lubang hitam sebenarnya bergantung pada bintang masif yang menciptakannya, penelitian baru memaparkan.
Hal ini mungkin mengintai dalam radiasi di sekitar lubang hitam —rambut kuantum— dan secara teori, dapat diambil untuk menceritakan kembali asal-usul lubang hitam tersebut, saran penelitian tersebut.
Temuan ini akhirnya dapat menyelesaikan masalah pelik yang sedang dikerjakan Stephen Hawking di tahun-tahun terakhirnya, menurut laman Space, Rabu, 5 April 2023.
Menurut karyanya, radiasi perlahan bocor keluar dari lubang hitam dalam bentuk energi panas, yang kemudian dikenal sebagai radiasi Hawking.
Tetapi karena sifat termalnya, radiasi ini tidak dapat membawa informasi. Artinya, saat lubang hitam menguap, mereka secara metodis menghancurkan semua informasi tentang bintang yang menciptakannya.
Ini tentu bertentangan dengan hukum mekanika kuantum yang mengatakan bahwa informasi pada black hole tidak dapat dihancurkan dan keadaan akhir suatu objek dapat mengungkap petunjuk tentang keadaan awalnya.
Masalah ini telah mengganggu para kosmolog. Lubang hitam adalah benda yang sangat masif sehingga tidak ada yang bisa lepas dari tarikan gravitasinya, bahkan cahaya sekalipun.
Mereka terbentuk ketika bintang-bintang besar kehabisan bahan bakar dan runtuh dengan sendirinya. Dalam fisika klasik, lubang hitam adalah objek yang sangat sederhana di mana itu dapat dicirikan dari bilangan massa, momentum sudut dan muatan listrik.
Fisikawan terkenal John Wheeler menggambarkan kurangnya karakteristik pembeda ini dengan mengatakan lubang hitam tidak memiliki rambut.
Ia juga menjelaskan, lubang hitam terakhir sangat sederhana di mana bintang asli yang melahirkannya adalah objek astrofisika yang kompleks, terdiri dari campuran rumit dari proton, elektron, dan neutron yang bersatu membentuk unsur-unsur yang membangun lubang hitam.
Sementara lubang hitam tidak membawa memori dari bintang-bintang mereka dulu, aturan fisika kuantum mengatakan bahwa informasi tidak dapat dihapus begitu saja dari alam semesta.
Bersama rekannya Steve Hsu, seorang profesor fisika teoretis di Michigan State University, John telah bekerja sejak 2021 untuk memecahkan paradoks Hawking.
Dalam studi sebelumnya, yang diterbitkan pada Maret 2022, tim berpendapat bahwa lubang hitam memang memiliki rambut kuantum dalam bentuk jejak kuantum unik di medan gravitasi yang mengelilinginya.
Dalam penelitian baru mereka, tim menilai kembali kalkulasi Stephen Hawking pada 1976. Tapi kali ini mereka memperhitungkan efek gravitasi kuantum, sesuatu yang belum pernah dilakukannya semasa hidup.