Jangan Sampai AI jadi Teknologi Liar

Artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan.
Sumber :
  • Science HowStuffWorks

VIVA Tekno – Kecerdasan buatan (AI/artificial intelligence) tengah menjadi topik panas dalam beberapa hari terakhir.

IFS dan XAPIENS Kembangkan AI Bantu Industri Tambang hingga Manufaktur Dongkrak Kinerja

Hal ini bermula dari popularitas ChatGPT buatan OpenAI yang kemudian ditiru oleh raksasa teknologi lainnya, seperti Microsoft dan Google.

Bahkan, ada surat terbuka yang ditandatangani 1.000 ahli untuk menghentikan sementara laboratorium AI, setidaknya selama enam bulan hingga ditemukan cara untuk mengendalikan teknologi tersebut dan memitigasi saat adanya bahaya.

Indonesia Genjot Kualitas 'Software Testing', Siap Hadapi Era AI

Pendiri dan Kepala Eksekutif DeepL, Jaroslaw Jarek Kutylowski, menyebut bahwa AI sama dengan teknologi lainnya yang mempunyai sisi negatif dan positif, sehingga tidak ada jawaban yang sangat jelas atas kekhawatiran ini.

"Kita harus memiliki semacam kontrol tentang bagaimana AI digunakan di dunia ini, di mana kita ingin menggunakannya, bagaimana Anda ingin menerapkannya dan siapa yang  membuat keputusan tentangnya," ungkap dia, kala menjawab pertanyaan VIVA Tekno di Jakarta, Jumat malam, 31 Maret 2023.

Ini Tips Cerdas untuk Meningkatkan Loyalitas Pelanggan UMKM

Jadi, secara umum, Jarek merasa bahwa teknologi yang bisa digunakan untuk kebaikan, bukan sepenuhnya jadi kabar yang baik.

Hal itu perlu dikendalikan dengan tepat, untuk membantu manusia dan tanpa menyakiti mereka.

Aplikasi penerjemah DeepL

Kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).

Photo :
  • Analytics Insight

Jarek juga diketahui memanfaatkan teknologi dari AI untuk perusahaannya. DeepL adalah perusahaan AI asal Jerman yang berusaha mengatasi hambatan akibat perbedaan bahasa melalui kecerdasan buatan. Perusahaan mempunyai dua produk yakni DeepL Translator dan DeepL Write.

Hampir setengah (47,8 persen) dari pengguna internet di Indonesia adalah pengguna aplikasi penerjemahan, menempatkan Indonesia di peringkat ke-4 sebagai negara yang paling banyak menggunakan aplikasi penerjemahan, menurut laporan We Are Social (2022). 

DeepL Translator hadir sebagai perangkat penerjemahan berbasis AI yang mampu menangkap berbagai variasi, konteks atau nuansa sekecil apa pun dan memasukkannya ke dalam hasil terjemahan.

Sedangkan, DeepL Write berfungsi untuk pengguna yang ingin dibantu dalam penulisan sebuah dokumen, Tidak hanya dari tata bahasa, tapi juga kemampuan menyempurnakan frasa.

Platform ini banyak digunakan para pelaku bisnis ketika mereka bepergian ke luar negeri serta penggunaan untuk keperluan pribadi. Dalam skala bisnis, banyak perusahaan yang perlu menjangkau pasar secara global, dan mereka perlu bekerja sama dengan pasar di luar negara mereka sehingga membutuhkan solusi yang cepat terkait komunikasi.

Namun, tidak semua perusahaan mampu mengeluarkan biaya untuk menyewa layanan penerjemah sehingga lebih mudah bagi perusahaan tersebut untuk menggunakan DeepL dan menerjemahkan semua bentuk komunikasi mereka sendiri. DeepL tersedia di aplikasi mobile (Android dan iOS), aplikasi desktop (Windows dan MacOS), browser extension (Chrome dan Edge), dan web di DeepL.com.

"Bagi DeepL, kebebasan untuk berkomunikasi satu sama lain tanpa hambatan merupakan hal yang penting. Kami dapat membantu manusia dalam berkomunikasi. Itulah sebabnya produk DeepL tersedia gratis untuk setiap kalangan, sebab kami sangat mendukung visi dimana semua orang dapat berbicara dengan siapa saja tanpa hambatan," jelasnya.

Tide Eye.

Atasi Banjir Rob Pakai Teknologi AI, Intip Kolaborasi Indonesia dan Australia

Tide Eye juga dilengkapi kecerdasan buatan yang mampu mendeteksi pasang surut air laut, mengidentifikasi area terdampak banjir dari visual drone.

img_title
VIVA.co.id
15 Oktober 2024