Rentetan Peristiwa Astronomi April 2023, Pink Moon hingga Gerhana Matahari

Gerhana Matahari.
Sumber :
  • NU Online

VIVA Tekno – Beberapa hari lagi kita akan memasuki bulan April. Saat itu akan ada banyak fenomena astronomi dan salah satu yang paling ditunggu-tunggu adalah Gerhana Matahari di mana peristiwa astronomi tersebut akan hadir beberapa saat sebelum Hari Raya Idul Fitri.

Saksikan Bulan Purnama Tak Biasa Nongol untuk Terakhir Kali Nanti Malam

Melansir dari situs Earth Sky pada Kamis, 30 Maret 2023, pada tanggal 5 dan 6 April akan ada Bulan Purnama yang bersinar terang di Spica. Ini akan melintasi langit sepanjang malam hingga subuh.

Bulan Purnama ini disebut sebagai Pink Moon atau Purnama Merah Muda karena warnaya yang memancarkan cahaya merah muda. Ini terjadi karena seluruh permukaan Bulan mendapat penerangan cahaya dari Matahari.

Cahaya Misterius Hilir Mudik 2 Hari di Langit Malam

Di Indonesia ini disebut sebagai Purnama Paskah yang terjadi pukul 11:35 WIB, 12:35 WITA dan 13:35 WIT.

Lalu pada 20 April akan terjadi Gerhana Matahari Hibrida ialah gerhana yang memiliki 2 macam gerhana yang terjadi dalam satu waktu dan satu fenomena, dimulai dengan Gerhana Matahari Cincin yang kemudian berangsur menjadi Gerhana Matahari Total lalu kembali lagi menjadi Gerhana Matahari Cincin dalam waktu singkat.

Hunter Moon Hiasi Langit Indonesia Malam Ini

Yogyakarta akan menjadi provinsi pertama memulai Gerhana Matahari sebagian. Sedangkan Medan akan jadi yang paling awal mengakhiri Gerhana Matahari sebagian.

Hujan Meteor Geminid jadi salah satu fenomena langit sepanjang Desember 2020.

Photo :
  • www.space.com/Ethan Miller/Getty

Lalu Jayapura akan jadi ibukota provinsi yang paling akhir memulai sekaligus mengakhiri Gerhana Matahari sebagian. Fenomena ini tidak akan bertamu di lima kabupaten Aceh, di antaranya seperti Sabang, Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Aceh Besar dan Kabupaten Pidie.

Pada 23 April 2023 akan terjadi hujan meteor Lyrid. Intensitasnya di Indonesia 13-16 meteor per jam. Fenomena dinamai berdasarkan radian yang terletak di konstelasi Lyra. Sumber hujan meteor Ini berasal dari komet C/1861 G1 (Thatcher). 

Intensitas saat di zenit mencapai 18 meteor per jam dengan kelajuan mencapai 176.400 km per jam. Lyrid sudah aktif sejak 13 April-1 Mei dan puncaknya sekitar 23 April dini dari.

Hujan meteor ini dapat disaksikan sejak 22 April pukul 22.30 di arah timur laut, berkulminasi di utara pukul 04.00 dan memudar di arah barat laut seiring terbitnya Matahari.

Fase Bulan saat hujan meteor adalah fase sabit awal 8 persen di belahan langit utara dan terbenam pukul 19.30 di arah barat. Sedangkan Elongasi Lunar sebesar 115 derajat sehingga hujan meteor ini tidak dipengaruhi intervensi cahaya Bulan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya