Keliru, Temuan Amputasi Kerangka di Kalimantan Timur Bukan Tertua di Dunia

Ilustrasi anak era pemburu-pengumpul yang diamputasi di Kalimantan Timur.
Sumber :
  • Jose Garcia

VIVA Tekno – Sebuah tim ahli bedah ortopedi Australia dan spesialis penyakit menular telah menyanggah terobosan ilmiah yang menulis ulang pemahaman kita tentang sejarah manusia.

Hindari Sengketa, PLN UIP KLT Sertifikasi Ratusan Aset Tapak Tower

Pada tahun 2020, para arkeolog menemukan kerangka berusia 31.000 tahun yang kehilangan kaki kiri bawahnya di sebuah gua terpencil di Kalimantan Timur.

Sebuah tim ekspedisi yang dipimpin oleh arkeolog Australia dan Indonesia menemukan sisa-sisa kerangka saat menggali gua batu kapur untuk mencari seni cadas kuno pada tahun 2020.

Eks Gubernur Kaltim Meninggal Dunia, KPK Bakal SP3 Kasus Korupsi IUP

Para arkeolog berpendapat itu adalah bukti operasi paling awal yang diketahui, menurut sebuah studi peer review, dikutip dari situs news.com.au pada Rabu, 29 Maret 2023.

Temuan tersebut mereka katakan sebagai bukti amputasi bedah paling awal terhadap manusia yang diketahui, mendahului penemuan lain dari prosedur medis kompleks di seluruh Eurasia selama puluhan ribu tahun.

Kaltim Raih 3 Penghargaan di Ajang APBD Award 2024, Ini Sebabnya

Tim Maloney, seorang peneliti di Universitas Griffith Australia, pada saat itu mengatakan sifat penyembuhan, termasuk patahan tulang yang bersih, menunjukkan bahwa itu disebabkan oleh amputasi bukan karena kecelakaan atau serangan hewan.

Sisa-sisa kerangka dengan kaki diamputasi

Photo :
  • Tim Maloney

Tapi Bulan ini tim dokter dan dokter Newcastle membantah klaim di jurnal Nature karena kurang memahami praktik ortopedi.

Profesor Zsolt Balogh, seorang ahli bedah trauma di Rumah Sakit John Hunter di Newcastle, mengatakan bahwa dia sangat skeptis tentang temuan publikasi tersebut.

“Kesimpulan utama amputasi bedah 31.000 tahun lalu tidak mungkin. Ada banyak penyebab yang lebih masuk akal," ujarnya.

Balogh mengatakan penyebab yang paling jelas pada patah tulang terbuka adalah orang tersebut melukai anggota badan dan dipotong melalui jaringan lunak daripada tulang. Amputasi di gua menurutnya tidak sesuai dengan gambar.

Dia mengatakan para penulis melewatkan poin temuan yang jauh lebih penting dan patut diperhatikan, bahwa orang dengan anggota tubuh yang hilang benar-benar bertahan hidup di komunitas prasejarah ini selama bertahun-tahun.

“31.000 tahun yang lalu, manusia prasejarah memiliki kemampuan untuk merawat satu sama lain, merawat seseorang yang kehilangan anggota tubuhnya,” katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya