2,5 Ton Uranium Berbahaya yang Hilang Akhirnya Ditemukan

Ilustrasi zona radiasi nuklir.
Sumber :
  • ukrinform

VIVA Tekno – Lebih dari 2 ton uranium alami yang dilaporkan hilang oleh International Atomic Energy Agency (IAEA) atau pengawas nuklir PBB di Libya yang kini dilanda perang telah ditemukan, kata seorang jenderal di timur negara itu.

Kepala UNRWA Terang-terangan Katakan Israel Melanggar Semua Aturan Perang di Gaza

Jenderal Khaled al-Mahjoub, komandan divisi komunikasi panglima perang timur Khalifa Haftar, mengatakan kontainer uranium itu telah ditemukan hampir 5 km (3 mil) dari tempat mereka seharusnya disimpan di Libya selatan setelah IAEA melaporkan hilangnya mereka pada hari Kamis lalu. 

Melansie The Guardian, Direktur Jenderal IAEA, Rafael Grossi, mengatakan kepada negara-negara anggota organisasi itu bahwa inspektur pemeriksa telah menemukan bahwa 10 drum yang berisi sekitar 2,5 ton konsentrat bijih uranium “tidak ada seperti yang dinyatakan sebelumnya” atau hilang. 

Palestina Sebut Keanggotaan Penuhnya di PBB Jadi Kunci Stabilitas Timur Tengah

ilustrasi Majelis Umum PBB telah mengecualikan Rusia

Photo :

Uranium alami tidak dapat langsung digunakan untuk produksi energi atau bahan bakar bom, karena proses pengayaan biasanya memerlukan logam untuk diubah menjadi gas, kemudian diputar dalam sentrifugal untuk mencapai tingkat yang dibutuhkan.

PBB Tunjuk Alumni IPB Yurdi Yasmi Jadi Direktur FAO

Namun, setiap ton uranium alam, jika diperoleh oleh suatu kelompok dengan sarana dan sumber daya teknologi, dapat disempurnakan menjadi 5,6kg bahan kelas senjata dari waktu ke waktu, kata para ahli. Itu membuat penemuan pencarian uranium yang hilang menjadi agenda penting bagi para ahli nonproliferasi.

Awalnya uranium dinyatakan hilang setelah pemeriksaan dilakukan pada 14 Maret 2023 lalu. Pemeriksaan awalnya direncanakan tahun lalu, namun karena situasi keamaan di kawasan itu, baru bisa terlaksana di waktu dekat ini, menurut pernyataan rahasia dari Grossi

Pihaknya mengatakan kehilangan material tersebut dapat menimbulkan risiko radiologis dan kekhawatiran atas keamanan nuklir.

VIVA Militer: Pasukan militer Turki di Libya

Photo :
  • Military Review

Pada tahun 2003, Libya, di bawah pemimpinnya saat itu Muammar Gaddafi, membatalkan program senjata nuklirnya, yang telah memperoleh sentrifugal yang dapat memperkaya uranium serta informasi desain untuk bom nuklir, meskipun hanya membuat sedikit kemajuan menuju bom.

Negara Afrika itu telah terperosok dalam krisis politik sejak jatuhnya Gaddafi pada 2011, dengan segudang milisi membentuk aliansi oposisi yang didukung oleh kekuatan asing.

Libya tetap terpecah antara pemerintah sementara di ibu kota, Tripoli, di barat dan satu lagi di timur yang didukung oleh orang kuat militer Khalifa Haftar.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya