Asal-usul Kata Flexing yang Ditujukan untuk Para Pejabat Doyan Pamer Barang Mewah
VIVA Tekno – Akhir-akhir ini kata 'flexing' kerap digunakan para pengguna media sosial. Isu ini berawal dari tersangka Mario Dandy yang menganiaya Cristalino David Ozora hingga menyebabkan korban alami koma.
Tersangka merupakan anak dari Rafael Alun Trisambodo, eks pejabat pajak yang kini tengah berurusan dengan KPK. Putranya ternyata kerap memamerkan sejumlah barang mewah di akun TikTok seperti Jeep Wrangler Rubicon atau motor gede Harley Davidson.
Alasan ini membuat perhatian warganet mulai tertuju ke keluarga pejabat lainnya yang doyan pamer barang mewah di media sosial. Perhatian terbaru ditujukan untuk istri dari Kepala Badan Pertanahan Jakarta Timur, Sudarman Harja Saputra.
Sudarman dan istrinya, Vidya Piscarista menjadi bulan-bulanan warganet lantaran kedapatan gemar flexing. Lalu, apa arti dari kata flexing?
Menurut situs Investopedia, Senin, 13 Maret 2023, istilah ini dulu dikenal sebagai conspicuous consumption yang diciptakan oleh ekonom dan sosiolog Amerika Thorstein Veblen dalam bukunya yang terbit pada 1889 dengan judul The Theory of the Leisure Class.
Jenis konsumsi ini dianggap sebagai produk kelas menengah yang sedang berkembang selama abad ke-19 dan ke-20. Kelompok ini memiliki persentase pendapatan yang dapat dibelanjakan pada barang dan jasa yang umumnya tidak dianggap perlu.
Konsumsi yang mencolok dicontohkan dengan membeli barang-barang yang secara eksklusif dirancang untuk menjadi simbol kekayaan, seperti label merek mewah pada pakaian, alat dan mainan berteknologi tinggi, dan kendaraan.
Didalilkan oleh para ekonom, konsumen akan memperoleh 'manfaat' dari memiliki barang mewah. Veblen mengidentifikasi dua karakteristik barang yang berbeda
Pertama adalah apa yang disebutnya sebagai kemudahan servis. Misalnya kesamaan antara mobil mewah dan ekonomis di mana keduanya sama-sama mampu mencapai tujuan tertentu.
Karakteristik lain dari suatu barang adalah apa yang disebut Veblen sebagai aspek kehormatan. Mengendarai mobil mewah menunjukkan bahwa konsumen mampu mengendarai mobil yang mungkin dikagumi orang lain.
Kekaguman tidak hanya datang dari mobil tersebut untuk menyelesaikan pekerjaan, tetapi dari bukti nyata kekayaan yang diberikannya. Kendaraan dengan demikian merupakan tampilan luar dari status seseorang dalam masyarakat.