Roket Jepang Gagal Uji Terbang, Hancur Berantakan
- JAXA
VIVA Tekno – Roket H3 yang dirancang Aerospace Exploration Agency (JAXA) bersama mitra komersialnya, Mitsubishi Heavy Industries kembali mengalami kegagalan untuk mencapai orbit Bumi. Kegagalan ini mengingatkan kita pada upaya penerbangan pertama di mana kendaraan itu tetap berada di tempatnya.
Meski begitu upaya kedua ini lebih berhasil daripada yang pertama, karena roket mampu lepas landas. Tetapi Pusat Antariksa Tanegashima memutuskan bahwa roket tersebut "tidak memiliki kemungkinan untuk mencapai misi" dan mereka mengeluarkan "perintah penghancuran".
Masalah tampaknya muncul antara akhir tahap pertama dan pemisahan roket serta pengapian tahap kedua roket. Menurut data kecepatan yang diberikan selama acara livestream JAXA, kecepatan roket mulai menurun setelah melepaskan mesin tahap pertamanya. Seandainya mesin tahap kedua bekerja seperti yang diharapkan, roket seharusnya terus berakselerasi.
JAXA belum mengkonfirmasi apakah penyalaan mesin tahap kedua menyebabkan kegagalan roket mencapai orbit. Tetapi siaran langsung mencatat bahwa "penyalaan tahap kedua belum dikonfirmasi", beberapa saat sebelum perintah untuk membatalkan misi.
Perintah penghancuran biasanya mengartikan bahwa roket hancur sendiri, sering digunakan untuk misi yang gagal guna mengurangi kemungkinan jatuhnya puing-puing yang menyebabkan kerusakan di tanah. Pada bulan Oktober, roket Epsilon-6 Jepang juga diberi perintah penghancuran setelah gagal mencapai orbit dengan aman.
Roket itu adalah roket Epsilon pertama yang membawa muatan komersial, menciptakan tanda hitam awal bagi JAXAyang mencoba mengembangkan bisnis peluncuran satelit komersial, mengutip dari laman Sputnik News, Rabu, 8 Maret 2023.
Sisa-sisa roket itu jatuh ke laut timur Filipina dan dilaporkan tidak menimbulkan kerusakan atau cedera. Saat ini tidak diketahui di mana puing-puing dari roket H3 mendarat dan JAXA belum berkomentar secara terbuka tentang kegagalan peluncuran kemarin.
Peluncuran pertama H3 direncanakan pada 16 Februari tetapi dibatalkan setelah hitungan mundurnya mencapai nol. Sementara dua mesin utama roket menyala, dua pendorong roket padatnya tidak. Roket tidak pernah meninggalkan landasan peluncuran dan tetap utuh.