Alasan Anak-anak hingga Orang Dewasa Takut Badut
- Alamy
VIVA Tekno – Coulrophobia atau ketakutan akan badut adalah fenomena yang diakui secara luas. Studi menunjukkan ketakutan ini ada di antara orang dewasa dan anak-anak di berbagai budaya. Namun itu tidak dipahami dengan baik karena kurangnya penelitian.
Sementara banyak kemungkinan penjelasan tentang fobia telah dikemukakan dalam literatur akademik, tidak ada penelitian yang secara khusus menyelidiki asal-usulnya.
Untuk melakukan penelitian, Sophie Scorey bersama partner menyusun kuesioner psikometrik untuk menilai prevalensi dan tingkat keparahan coulrophobia. Kuesioner 'Ketakutan Badut' diselesaikan oleh sampel internasional dari 987 orang berusia antara 18 hingga 77 tahun.
Lebih dari separuh responden (53,5 persen) mengatakan mereka takut pada badut setidaknya sampai taraf tertentu, dengan 5 persen mengatakan "sangat takut" pada badut, menurut laman Science Alert, Rabu, 8 Maret 2023.
Menariknya, persentase yang melaporkan ketakutan ekstrem terhadap badut ini sedikit lebih tinggi daripada yang dilaporkan untuk banyak fobia lain, seperti binatang (3,8 persen), darah/suntikan/cedera (3,0 persen), ketinggian (2,8 persen), air tenang, atau peristiwa cuaca (2,3 persen), ruang tertutup (2,2 persen), dan terbang (1,3 persen).
"Kami juga menemukan bahwa wanita lebih takut pada badut daripada pria. Alasan perbedaan ini tidak jelas, tetapi menggemakan temuan penelitian tentang fobia lain seperti ketakutan akan ular dan laba-laba," ujarnya.
Melansir dari situs Science Alert, Selasa, 7 Maret 2023, Scorey juga menemukan coulrophobia akan berkurang seiring bertambahnya usia, yang sekali lagi cocok dengan penelitian tentang ketakutan lain.
Langkah selanjutnya adalah mengeksplorasi asal-usul ketakutan orang terhadap badut. Kuesioner tindak lanjut diberikan kepada 53,5 persen yang telah melaporkan setidaknya beberapa tingkat ketakutan terhadap badut.
Serangkaian pertanyaan baru ini terkait dengan delapan penjelasan yang masuk akal tentang asal mula ketakutan ini. Berikut poin-poinnya:
1. Perasaan menakutkan atau meresahkan karena riasan badut membuat mereka terlihat tidak manusiawi. Respon serupa terkadang terlihat pada boneka atau manekin.
2. Fitur wajah badut yang berlebihan menyampaikan rasa ancaman secara langsung.
3. Riasan badut menyembunyikan sinyal emosional dan menciptakan ketidakpastian.
4. Warna riasan badut mengingatkan kita pada kematian, infeksi atau cedera darah, dan membangkitkan rasa jijik atau penghindaran.
5. Perilaku badut yang tidak terduga membuat kita tidak nyaman.
6. Takut badut telah dipelajari dari anggota keluarga.
7. Penggambaran negatif badut dalam budaya populer.
8. Pengalaman yang menakutkan dengan badut.
"Menariknya kami menemukan penjelasan terakhir yang memiliki pengalaman pribadi menakutkan dengan badut, memiliki tingkat persetujuan terendah. Ini menunjukkan bahwa pengalaman hidup saja bukanlah penjelasan yang cukup mengapa orang takut pada mereka," imbuhnya.
Sebaliknya, penggambaran negatif badut dalam budaya populer merupakan faktor penyebab yang jauh lebih kuat terhadap coulrophobia.
Hal ini dapat dimengerti karena beberapa badut yang ditonjolkan dalam buku dan film yang dirancang untuk menjadi menakutkan seperti Pennywise, badut menyeramkan dari novel It 1986 karya Stephen King.
Beberapa orang juga takut pada Ronald McDonald, maskot rantai makanan cepat saji meski dia tidak dimaksudkan untuk menakut-nakuti. Ini menunjukkan kemungkinan ada sesuatu yang lebih mendasar tentang penampilan badut yang meresahkan orang.
Faktanya, faktor terkuat yang mereka identifikasi adalah sinyal emosional yang tersembunyi, yang menunjukkan bahwa bagi banyak orang rasa takut terhadap badut berasal dari tidak dapatnya kita melihat ekspresi wajah karena make-up.